“Fiksi lawannya realitas bukan fakta. Jadi kalau Anda bilang itu fiksi lalu kata itu menjadi peyoratif (unsur bahasa yang memberikan makna menghina) itu artinya kita menginginkan anak-anak kita tidak lagi membaca fiksi, karena sudah dua bulan ini kata fiksi menjadi kata yang buruk. Kitab suci fiksi atau bukan? Siapa yang berani jawab? Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi, karena belum selesai, belum tiba itu. Babat tanah Jawa itu fiksi. Fungsi fiksi mengaktifkan imajinasi, menuntun kita untuk berpikir lebih imajinatif, sekarang dia dibunuh kata itu,” Itu merupakan ucapan Rocky Gerung saat diskusi dalam Program Indonesia Lawyers Club di tvOne.

Sosok Rocky Gerung memang sangat kontroversial. Banyak pihak yang mengidolakannya dan banyak juga yang membencinya.

Rocky seorang filsuf, akademisi dan intelektual. Dia pernah mengajar ilmu filsafat di Universitas Indonesia. Salah satu mahasiswa yang dibimbingnya adalah Dian Sastrowardoyo, seorang artis sekaligus aktivis perempuan.

Ucapannya pada program tv tersebut membuat dia kini berurusan dengan hukum. Dia dituding menistakan kitab suci lantaran menyebut kitab suci adalah fiksi.

Namun, perlu diketahui apa itu fiksi dan bagaimana memahami kata fiksi secara utuh. Beberapa ulasan juga telah dibuat di beberapa media, salah satunya qureta.com.

Fiksi lawan katanya adalah nonfiksi. Karya sastra fiksi meliputi cerpen, novel, puisi, drama, dongeng, mitos, hikayat, komik, fabel dan lainnya. Sedangkan contoh karya sastra nonfiksi meliputi tulisan sejarah, biografi, jurnal, esai, laporan ilmiah dan lainnya.

Namun perlu diketahui, tidak semua karya fiksi bersifat fiktif. Karya sastra fiksi seperti novel dan cerpen tidak semua itu fiktif atau fantasi, tetapi ada juga yang menulisnya dengan menggunakan riset ilmiah, observasi dan memiliki data, seperti novel Apshara karya Robert Fahik atau novel artis Prilly Latuconsida berjudul Fatamorgana. Juga novel milik Risa Saraswati yang memiliki teman hantu kecil bernama Piter cs. Banyak juga penulis novel menuliskan pengalaman hidupnya. Sehingga lawan kata fiktif seharusnya adalah fakta bukan fiksi.

“Fiksi itu baik yang buruk itu fiktif!” kata Rocky Gerung melanjutkan diskusi di program tv. Lantas, apa devinisi fiksi berdasarkan para ahli.

lternbernd dan Lewis 

Menurut Alternbernd dan Lewis (1966:14) bahwa pengertian fiksi adalah menyajikan permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.

Wellek dan Warren 

Menurut Wellek dan Warren (1956:212) bahwa pengertian fiksi adalah bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik.

Nurgiantoro 

Menurut Nurgiantoro (2010:2) dalam bukunya ‘Teori Pengajian Fiksi” yang mengungkapkan bahwa definisi fiksi adalah sebagai prosa naratif yang memiliki sifat imajinatif. Akan tetapi biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia.

KBBI

Pengertian Fiksi Menurut Kamus Besar-Bahasa Indonesia Edisi V (edisi terbaru), mendefinisikan kata fiksi sebagai 1) cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); 2) rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan; 3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.

Rocky Gerung

“Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos, dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif,” ujarnya. Telos sendiri dalam bahasa Yunani berarti ‘akhir’, ‘tujuan’, atau ‘sasaran’. Rocky menambahkan, dalam agama, fiksi adalah keyakinan. Dalam literatur, fiksi adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi. “Kimianya sama, dalam tubuh sama, dan jenis hormon yang diproduksi dalam tubuh sama.”

Terlepas dari kontroversi Rocky Gerung, namun dia dapat membuka kemauan manusia untuk berpikir. Rocky menawarkan publik agar tidak mengalami phronemophobia atau ketakutan untuk berpikir.

“Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi, karena belum selesai,” ucap Rocky. Menangkap maksud di atas tentu kita dapat mencerna, di mana contohnya dalam kitab suci digambarkan tentang hari kiamat, yang hingga saat ini belum kita lihat secara langsung. Itu merupakan fiksi, tetapi bukan berarti fiktif atau fantasi. Karena itu hanya soal waktu dan akan terjadi. Sehingga jelas perbedaan antara fiksi dan fiktif.

Kontroversi Rocky hampir sama seperti almarhum Gus Dur dulu. Dia dilaporkan ke polisi pada 13 Juni 2006 karena menyebut al-Quran adalah kitab por*o. Dia dituduh menistakan agama, sama persis seperti tuduhan terhadap Rocky Gerung (Baca di Antara). Bahkan Basuki Tjahaja Purnama atau BPT juga dijerat pasal serupa. Ini menandakan betapa lemahnya pemikiran publik yang cendrung reaktif sebelum berpikir. Banyak yang hanya menangkap perkataan dari pada makna dari perkataan itu sendiri. Celakanya lagi, penegak hukum justru mengatensikan proses hukum terhadap kasus penistaan agama.

Secara politik, lawan Rocky tentu sangat bahagia jika Rocky dijerat pasal penodaan agama, sama seperti lawan BTP saat dituduh menistakan agama. Tapi justru pasal tersebut menjadi ancaman serius untuk semua orang. Suatu saat pasal tersebut akan banyak memakan korban layaknya UU ITE. Itu semua karena masyarakat masih gagal mendalami sebuah kalimat dengan berpikir. (kepo)