KoranNTB.com – Anggota Komisi V DPR-RI Bambang Haryo Soekartono, menyoroti pembangunan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka Jawa Barat.

Dia mengatakan bandara tersebut terlalu dipaksakan beroperasi. Padahal menurutnya, pembangunan bandara asal-asalan.

“Bayangin, itu bandara telah memakan biaya Rp2,6 triliun dari pusat dan ditambah fasilitas pendukungnya dari Pemda Rp2,2 triliun, totalnya Rp4,8 triliun, tapi manfaatnya enggak ada,” kritiknya melalui pesan singkat, Rabu, 6 Februari 2019.

Dia membeberkan Instrumen Landing System di Bandara Kertajati belum diinstall, padahal itu sangat penting, terlebih terkait keselamatan penumpang dan penerbangan.

“Saya penasaran dan mencoba ke sana. itu pas landing, kita semua terkejut, kok kasar begini, eh ternayata benar, Instrumen Landing System belum diinstall. Ini kan sangat bahaya,” ungkapnya.

Dia juga menyoroti conveyor bagasi bandara cuma terpasang satu unit. Padahal bandara tersebut diklaim termegah dan besar.

“Selain itu, conveyor bagasi di bandara itu juga hanya ada satu, kemudian x-ray masih menggunakan milik Bandara Soetta, yang belum dikalibrasi selama tiga tahun. Di lantai dua tempat restoran gitu, masih sepi dan lantainya pun belum di tekel, masih semen,” cetusnya.

“Bandara ini tidak layak, dan ini adalah satu penipuan yang dilakukan pemerintah dalam menginformasikan bahwa bandara ini adalah bandara termegah,” sambungnya.

Bambang juga menjelaskan penempatan x-ray tidak ada sterilisasi, termasuk juga sistem pemadaman.  “Jika bandara ini kebakaran maka satu bandara bisa habis,” katanya.

Dia mengungkapkan Bandara Kertajati dibangun di atas lahan produktif sekitar 2.000 hektar, dan pada saat itu masyarakat mempertahankan tanahnya.

“Namun sekarang tidak dipakai. Ini satu penipuan, satu koruptif besar-besaran. Perlu masyarakat tahu, saat ini yang beroperasi di sana hanya peswat Lion air dan Citilink. Tahu enggak dari Yogyakarta ke Bandara Kertajati itu tarifnya mahal di atas Rp5 juta,” bebernya.

Bandara Kertajati baru didarati awal kali pada 8 juni 2018 dan hanya satu maskapai yaitu Citilink. Namun maskapai pelat merah itu mengalami kerugian lantaran sepi penumpang.

“Dengan durasi waktu dan harga segitu, siapa yang mau naik pesawat. Katanya ini bandara termegah dan besar. Tapi nipu rakyat,” sesalnya. (red/7)