Soal Kitab Suci Fiksi, Ini Komentar TGB
KoranNTB.com – Rocky Gerung diperiksa Kepolisian Daerah Metro Jaya atas ucapannya terkait kitab suci fiksi dalam program ILC tvOne. Dia dilaporkan atas tuduhan penistaan agama.
Koordinator Bidang Keumatan Golkar Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), angkat bicara terkait polemik Rocky Gerung. Menurut TGB, ucapan Rocky tersebut tidak dapat dibenarkan. Dia merasa aneh jika kitab suci disejajarkan dengan karya fiksi.
“Saya tidak bisa bayangkan kalau di sebuah toko buku, Al-Quran diletakkan di rak fiksi bersama novel, dongeng, kumpulan cerpen dan karya fiksi lain. Bisa didemo toko itu,” tulis TGB dalam keterangan persnya, Kamis, 7 Februari 2019.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat ini menekankan bahwa kitab suci bukan merupakan bagian dari fiksi.
“Kitab suci bukan fiksi, karena ia bukan imajinasi, namun pemberitahuan tentang kenyataan, yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi. Gaib bukan fiktif tapi hakiki dan benar bagi orang beriman,” terangnya.
Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf ini menceritakan sebelumnya pernah ada kasus yang menuding kitab suci bagian dari fiksi.
Polemik tersebut kata TGB, pernah terjadi saat sastrawan terkemuka di Mesir, Thaha Husein, menulis buku berjudul Fi Asy-sy’ril Jahily (Tentang Syair Masa Jahiliyah).
“Mengambil kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kitab suci, Thaha Husein menyimpulkan bahwa kisah itu ‘mutakallafah wa mashnu’ah fii ‘ushuurin muta’akhirah da’at ilayha haajatun diiniyyah aw iqtishadiyyah aw siyasiyyah’. Yaitu kisah yang direkayasa dan dibuat-buat di masa belakangan untuk motif keagamaan, ekonomi atau politik,” ungkapnya.
Bagi Thaha Husein, kisah Ibrahim dan Ismail dalam Taurat, Injil dan Alquran itu fiksi, imajinatif dan tidak ada landasan sejarahnya alias tidak pernah terjadi. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi luar biasa saat itu di Mesir karena dianggap menggergaji dasar yang paling fundamen dalam agama yaitu keyakinan akan kebenaran wahyu.
“Banyak ulama menulis buku untuk menolak klaim kitab suci itu fiksi ala Thaha Husein ini, seperti Grand Syekh Al-Azhar,” tuturnya.
“Yang menarik, di Indonesia justru sebagian figur yang ditokohkan umat justru berusaha mentakwil dan mencari pembenaran ungkapan kitab suci itu fiksi,” sambungnya.