Irzani: Selain Bisa Ngaji, Santri Harus Familiar dengan Teknologi
KoranNTB.com – Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dinilai harus mulai beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi dewasa ini.
Calon Anggota DPD RI Dapil NTB nomor urut 30, H. Irzani mengatakan, perkembangan teknologi yang sangat pesat, dan mengubah seluruh aspek kehidupan termasuk cara pandang masyarakat terhadap pesantren. Hal ini membuat pesantren harus mulai adaptif dan familiar memanfaatkan teknologi.
“Jika kemajuan teknologi tidak direspons dengan agresif, maka pesantren akan tertinggal jauh dengan lembaga pendidikan pada umumnya. Inilah yang kemudian menjadi tantangan pesantren saat ini,” kata Irzani, yang juga Sekretaris Umum NW NTB, Sabtu, 9 Februari 2019.
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang bertujuan mendidik dan menggembleng para santri, salah satunya dengan menjadikannya juru dakwah agama bagi kalangan masyarakat luas.
Tujuan tersebut tentu harus bersinergi dengan cara yang mestinya dilakukan pesantren dalam mempersiapkan santri kelak setelah kembali ke masyarakat.
Irzani mengatakan, teknologi informasi saat ini telah menjadi bagian gaya hidup sehari-hari banyak orang. Sebut saja sosial media yang telah membagi manusia ke dalam dua dunia: nyata dan maya.
Hal ini penting untuk disikapi pesantren mengingat kemajuan tersebut selalu memiliki dampak negatif disamping positif. “Teknologi haruslah menjadi media transfomasi nilai-nilai positif dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan secara terus-menerus. Termasuk bagi pesantren,” katanya.
Menurutnya, kondisi ini membuat pesantren harus merespon kemajuan tersebut dengan bijak. Salah satu pilihannya adalah memanfaatkan teknologi sebagai media untuk memaksimalkan pengembangan keilmuan para santri atau peserta didik, termasuk sebagai media dakwah. Dengan demikian, santri sebagai produk pesantren haruslah mulai belajar hal-hal baru utamanya teknologi.
“Karena dapat kita definisikan bahwa, santri hari ini bukan hanya santri yang pandai membaca kitab kuning, namun gagap teknologi. Bukan pula mereka yang hanya paham ilmu ulama salaf tanpa tahu ilmu ulama kholaf. Begitulah kurang lebihnya,” katanya.
Bagi Irzani, santri yang baik harus sesuai tuntutan sosial. Mereka harus paham terhadap kenyataan, mengerti situasi kekinian, dapat menyelesaikan problem sosial dengan sikap arif dan dan berlandaskan hukum yang benar, tanpa terlepas dari tradisi yang dipegang oleh ulama terdahulu.
“Di sinilah peran pondok pesantren untuk mencetak santri yang diharapkan itu. Sudah waktunya pondok pesantren dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah santri menuntut ilmu, memperluas ruang dawah pesantren dan mempertimbangkan efektivitas belajar,” tukasnya.
Lanjut: Teknologi dan Pesantren