KoranNTB.com – Aksi tidak patut ditiru dilakukan kelompok motor trail di Kota Bima, dengan melakukan trabas kawasan mangrove di pesisir Teluk Bima, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Ini menjadi ironis di tengah kampanye Save Teluk Bima yang gencar dilakukan aktivis pecinta lingkungan.

Foto-foto yang menunjukkan aktivitas sekelompok pengendara trail yang menerabas kawasan mangrove beredar luas di media sosial. Banyak pihak yang menyayangkan aksi tidak terpuji itu. Aksi tersebut berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove tersebut.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima, Haris Dinata, mengatakan akan turun langsung untuk mengecek lokasi dan dampak dari ulah pecinta trail tersebut.

“Akan saya coba ngecek lagi, baik informasi pengembangannya, apa yang rusak dan di mana yang rusak karena ini bagian dari tugas saya. Menarik kalau media banyak yang peduli terhadap ini, kita juga harus lebih serius menyikapi,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin, 25 Februari 2019.

Sementara, Kepala Pengelolaan Hutan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima, Ahyar, sesalkan aksi trabas mangrove tersebut.

“Saya menyayangkan aktivitas trabas itu. Dengan adanya itu dapat merusak habitat tumbuhnya mangrove. Jangankan pakai motor yang banyak, jalan kaki di kawasan mangrove saja bisa rusak mangrove, terutama anakannya,” sesalnya.

Aksi tak patut ditiru tersebut sangat disayangkan. Dia mengatakan ini menjadi catatan kurang baik terhadap hubungan manusia dengan alam.

“Bukan mati lagi, bisa hancur mangrove itu. Karena kita tahu di situ bukan tempatnya berkendara. Saya kira teman-teman trabas bisa memberikan dampak positif pada perbaikan lingkungan, tapi dengan adanya aktivitas kemarin memberikan catatan kurang bagus,” sambungnya.

Dia menjelaskan mangrove memiliki banyak manfaat bagi mahluk hidup. Pertama mangrove berguna untuk menghambat abrasi pantai, juga mitigasi awal jika terjadi tsunami dan dapat menetralkan air yang tercemar limbah.

“Bisa juga menjadi mitigasi awal jika terjadi tsunami. Dari sisi ekosistem mangrove jadi habitatnya ikan dan udang. Juga pembentukan sedimentasi dan abrasi pantai bisa dihambat,” ungkapnya.

Dia menjelaskan satu pohon mangrove sangat berarti bagi mahluk hidup, sehingga sewajarnya masyarakat menjaga kelestarian mangrove.

“Maka mari kita jaga kelestarian mangrove. Di Aceh dulu rekonstruksi Aceh pasca tsunami programnya ditanami mangrove,” terangnya.

Apabila saat pengecekan nanti terdapat kerusakan yang signifikan dari aktivitas trabas tersebut, maka pihak panitia akan diberikan teguran keras. (red)