KoranNTB.com – Gempa 5,8 yang kemudian dimuktahirkan atau di-update menjadi 5,4 dan 5,2 magnitudo, mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu, 17 Maret 2019 lalu. Gempa tersebut merenggut tiga korban jiwa di kawasan wisata Air Terjun Tiu Kelep Desa Senaru Lombok Utara.

Pada saat gempa terjadi, tengah dilakukan survei keamanan jalur Rinjani oleh Tim Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Tim gabungan tersebut merasakan betul getaran gempa di atas tebing curam Gunung Rinjani.

Survei kelayakan jalur pendakian Gunung Rinjani dilakukan pada 16 hingga 18 Maret 2019. Saat tim mendaki tebing curam, pukul 15.07 Wita terjadi gempa bumi. Alhasil, terjadi kepanikan pada anggota tim survei. Rencana naik ke puncak pun sempat batal akibat guncang gempa yang menurut beberapa ahli gempa tersebut berpusat di Rinjani.

Para ahli sepakat bahwa gempa Lombok 17 Maret dipicu sesar aktif dengan mekanisme turun, namun mengapa Lombok bisa muncul gaya pembangkit gempa lokal dengan mekanisme turun saat ini belum ditemukan kata sepakat antara para ahli.

Ada sebagian ahli menduga bahwa gempa dengan mekanisme turun yang terjadi berkaitan dengan dinamika magma yang memicu runtuhan kerak bumi di zona gunung api aktif.

Ada pula pendapat berbeda. Penyebab gempa menurut ahli lain adalah adanya aktivitas gempa yang memicu sesar turun di zona back arc (busur belakang) yang menandai terjadinya back arc spreading (perluasan) di busur belakang.

Ada pula pendapat yang mengkaitkan adanya fenomena gravity tectonic yaitu pembebanan massa gunung yang memicu terjadinya penyesaran turun (normal fault) di kaki gunung.

Video gempa bumi saat tim survei tengah berada di atas gunung, diunggah oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani melalui YouTube. Pada menit ke 9.35 pada video, terlihat gempa “menyambut” pada pendaki.

Berikut videonya: