KoranNTB.com – Menelusuri jalanan berbukit dengan panorama pepohonan rindang dan sungai yang membujur dari selatan ke utara dengan aliran air yang cukup deras nanbersih.

Inaq Satria, Pengrajin Bakul

Itulah gambaran Dusun San Baro Desa Bentek Gangga, Lombok Utara (21/4/2019).

Perjalanan singgah pada suatu permukiman warga, sekitarnya masih tampak puing reruntuhan, akibat gempa Agustus silam. Berjumpa Inaq Satria 43 tahun, perempuan tangguh yang bekerja banting tulang sendiri menghidupi satu cucu dari anak laki-lakinya yang meninggal akibat musibah kecelakaan kendaraan bermotor pada tahun 2013. Ibu dari cucunya tersebut, telah menikah lagi. Suaminya, Amaq Sono 77 tahun, menderita Stroke menahun yang telah diderita relatif lama.

Sehari-harinya, Inaq Satria bertani pada kebun garapan bersama suaminya. Namun semenjak suaminya jatuh sakit, praktis dirinya yang menanggung biaya dan  tumpuan ekonomi keluarga.

“Dulunya sempat berjualan, namun hasil jualan pasang surut.  Kemudian bertani tetapi kebutuhan banyak, terutama pada saat Amaq (Suaminya, Sono) sedang sakit. Butuh banyak biaya. Sekarang masih bertani, kalau lagi musim tanam dan panen,” ulasnya bercerita.

Dalam pada itu, tetangga terdekatnya yang persis di depan huniannya, Sarjono yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemda Lombok Utara itu menuturkan,  bahwa Inaq Satria dikenal gigih dan tekun dalam bekerja. Perempuan tangguh yang jarang mengeluh. Menjalani hidup, beragam aktivitas dilakoninya.

“Sehari-hari, beliau bertani dengan merawat komoditas unggulan seperti Kelapa, Jambu Mete, Pisang dan Kakao. Aktivitas ini diselancari selama delapan tahun hingga medio 2013. Selanjutnya memutuskan sebagai perajin bakul,” imbuhnya.

Kendati saat musim tanam dan panen, lanjutnya, Inaq Satria kembali bertani, untuk mencukupi nafkah keluarganya lantaran empat tahun lebih suaminya mengalami sakit, tak bisa bekerja.

Ditemui saat merajut anyaman bambu dengan tali temali yang berjejer di sekelilingnya, Inaq Satria berharap ingin ada bantuan pemerintah, dalam bentuk modal usaha yang diharapkan bisa memajukan usaha kerajinan yang digelutinya.

Anyaman yang dirajutnya berbahan bambu pilihan dan tali doz yang usang digunakan _(recycle)_ . Dianyam dengan rajutan rapi, simetris, diagonal, dan kemudian melingkar  hingga membentuk bakul serbaguna digunakan masyarakat untuk keperluan dapur maupun saat kenduri dan lainnya. Ukurannya pun bevariasi. Keahlian merajut anyaman bakul ditempa dari melihat Ibunya yang juga merajut anyaman.

“Bakul kecil berdiameter 20 centimeter, bakul ukuran sedang berdiameter 30 cm dan ada juga bakul berukuran 50 cm. Saya bikin dan jual untuk pemesan dari harga 7-20 ribu rupiah perbiji,” tandasnya mengurai produk bakul.

Ditambahkannya, jualan belum seperti perajin atau pedagang anyaman besar, pembeli dan pemesan masih datang langsung ke tempatnya.

“Mau saja kita ada bantuan pemerintah, bentuk kelompok usaha. Setuju, _mun araq kanca ngusahayang_ (kalau ada teman lainnya yang usaha),” tuturnya melisankan dengan logat daerah.

Hunian Inaq Satria masih tampak belum tertata, masih tampak jelas tempelan puing bangunan seadanya yang terdampak gempa. Sang cucu, Luthfi 13 tahun yang dibesarkannya, kini bersekolah pada Kelas 1 Madrasah Al Jariyah NW San Baro Bentek. Sedangkan dua anaknya yang lain, telah beranjak dewasa dan semuanya sudah berkeluarga.

Kegigihan dan ketekunan Inaq Satria, tak lekang bekerja dari ragam aktivitas. Demi menafkahi suami yang sakit dan cucunya yang ditinggal oleh kedua orang tuanya. Penumpu ekonomi keluarga. Laik untuk diteladani dan menjadi inspirasi Kartini masa kini. Selamat Hari Kartini. (majalahtitana)