KoranNTB.com – Program pengiriman pelajar ke luar negeri oleh Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, dinilai belum terarah dengan baik.

Nusa Tenggara Development Institute (NDI) NTB menilai program pertukaran pelajar ke luar negeri yang masuk dalam program NTB Gemilang tidak mampu memberikan output yang jelas dan tepat sesuai dengan kebutuhan pembangunan NTB.

“Di sisi manajemen dan admininstrasi kepemerintahan program gemilang ini seharusnya didasari dengan pengkajian dari berbagai elemen pemerintah terkait, sehingga dalam perjalanannya program ini mampu memberikan output yang jelas dan tepat sesuai dengan kebutuhan pembangunan NTB,” ujar Direktur NDI, Abdul Majid, Jumat, 10 Mei 2019.

“Akan tetapi karena dengan relevansi kebutuhan NTB itulah yang memberikan titik fokus prioritas utama siapa yang akan dikirim dan jurusan apa yang diutamakan, dalam hal ini tidak boleh sembarangan dalam melakukan pengiriman,” sambungnya.

Saat ini mencapai ratusan pelajar dikirim di beberapa negara untuk studi. Terakhir kata Majid, 20 mahasiswa berlatar belakang aktivis di NTB dikirim ke Malaysia. Program tersebut katanya memang penting untuk membangun kualitas SDM, namun harus dengan managemen yang terarah.

“Kami sangat mengapresiasi program gemilang ini, akan tetapi program pengiriman mahasiswa ke luar negeri tidak boleh dilakukan semau-maunya tanpa pertimbangan yang terarah terkait dengan kebutuhan NTB, serta mahasiswa harus difilter dengan serius ataupun prosedur yang jelas untuk menunjuk siapa yang pantas untuk dikirim. Inikan persoalannya menggunakan APBD dan anggaran APBD harus digunakan dengan adil sesuai kebutuhan daerah NTB,” paparnya saat diwawancarai koranntbcom.

NDI juga menyinggung janji Gubernur NTB untuk mendirikan lembaga kursus TOEFL dan IELTS di sepuluh kabupaten/kota di NTB. Namun kini program yang dijanjikan belum ada wujudnya.

Majid juga membeberkan indikasi tidak transparannya perekrutan pelajar yang akan dikirim ke luar negeri. Tidak ada sosialisasi maksimal dilakukan pemerintah untuk mencari pelajar yang potensial.

“Seharusnya disosialisasikan dulu ke setiap kampus yang berada di NTB, yaitu terkait prosedur dan syarat pendaftaran. Ini terindikasi bahwa program ini hanya diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang belum tentu memiliki kualitas yang baik ataupun penguasaan bahasa internasional yang mumpuni,” sesalnya.

Majid juga menambahkan, bahwa dalam pengiriman mahasiswa ke luar negri tidak didasari dengan apa yang menjadi kebutuhan NTB ke depan.

“NTB ini sebenarnya ingin membangun apa untuk kemajaunnya?  Pertanian, industri, teknologi atau apa? Sementara calon mahasiswa yang dikirim diambil dari berbagai dasar pendidikan berbeda,” tandasnya.

Dia mempertanyakan apa jaminan pemerintah daerah terhadap pelajar yang dikirim, jika selesai kuliah pelajar tersebut dapat berkontribusi untuk kemajuan NTB.

“Sementara untuk bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang didapat tidak jelas di NTB, karena tidak dibahas apa yang menjadi prioritas pembangunan di NTB,” ungkapnya.

Terakhir, NDI NTB kata Majid, berharap pemerintah daerah mengkaji ulang program pengiriman pelajar ke luar negeri. (red/3)