PMII Lombok Timur Imbau Masyarakat Tidak Ikut Demo Hasil Pemilu
KoranNTB.com – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar saresehan momentum Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
Kegiatan tersebut mengangkat tema “Seruan Rekonsiliasi Nasional Pasca Pemilu dan Jaga Kamtibmas serta Waspada Berita Hoax sebagai Ancaman Kemanan Nasional dan Disentegrasi Bangsa.” Kegiatan berlangsung di Gedung Pemuda dan Mahasiswa, Lombok Timur, Senin, 20 Mei 2019.
Kegiatan dihadiri Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkominda) Kabupaten Lombok Timur, Kapolres Lombok Timur, Dandim 1615, Bawaslu dan Ormas maupun OKP.
Ketua II Eksternal PMII Cabang Lombok Timur, Ali Satriadi mengatakan pemilu serentak 2019 merupakan salah satu momen krusial dalam perjalanan bangsa mencari pemimpin.
“Kami prihatin dan sedih melihat kondisi masyarakat di bawah masih terbelah dan berkubu-kubuan, padahal pemilu sudah selesai, tinggal kita bersabar menunggu keputusan KPU,” kata Ali
Dia mengatakan, momentum ini untuk bersama menjaga persatuan dan kesatuan. Sebab nilai-nilai terkandung dalam pancasila jauh lebih penting ketimbang pesta lima tahunan.
“PMII Lotim, melalui Kom PMII IAI Hamzanwadi NW Pancor mengadakan Saresehan Hari Kebangkitan Nasional Pasca Pemilu 2019 pada tanggal 20 Mei ini, di akhir acara kami juga akan mengadakan deklarasi menyerukan semua pihak tidak ada lagi kubu 01 dan 02, yang ada hanya 03 yakni Persatuan Indonesia, sebagaimana yang tertuang dalam Sila ke-3 dasar negara kita, Pancasila,” paparnya.
Ketua Bawaslu Lombok Timur, Retno Sirnopati, mengatakan pemilu 17 April 2019 ini belum selesai tahapan-tahapannya. Masih banyak pekerjaan yang harus diverifikasi pada laporan aduan para peserta pemilu
“Menerima aduan para calon legeslatif atau calon presiden dan calon wakil presiden untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi,” jelasnya.
Peserta pemilu dan masyarakat diminta bersabar menunggu hasil pengumuman putusan KPU.
“Kami imbau untuk para peserta, Timses, simpatisan pemilu tetap harus menahan diri, tidak perlu ada deklarasi kemenangan, syukuran kemenangan, dan tidak boleh peserta pemilu memasang alat peraga kemenangan,” imbaunya.
“Kita harus dan wajib menunggu keputusan resmi dari KPU pada tanggal 22 Mei nanti, sehingga tidak menimbulkan gejolak di tengah masyarakat,” tambahnya.
Selanjutnya Mustamin Hasyim, Perwakilan Pemda Lombok Timur, Kesbangpoldagri, Polres dan unsur Kodim menyatakan pada intinya dalam pemilu 2019 merupakan pemilu terbesar dan bersejarah.
“Tapi kita patut bersyukur pemilu serentak ini berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan apapun, jikapun ada riak-riak protes atau sebaginya tidak menimbulkan ancaman yang nyata bagi keutuhan berbangsa kita,” ucapnya.
“Ini juga jangan sampai kita di Lombok Timur untuk ikut-ikutan, hal ini insyallah kami dengan unsur Kominda di Bakesbangpoldagri, Polres, Kodim cepat melakukan upaya-upaya antisipasi pergerakan massa, supaya tidak ikut berbondong ke Jakarta,” tandasnya.
Mastur Sonsaka, Akademisi NW mengatakan, pemilu 2019 merupakan pemilu yang paling menggemparkan jiwa, pikiran dan tenaga.
“Tinggal semua pihak untuk mengawal proses ini hingga diumumkan oleh wasit, yakni KPU siapa yang menang dan siapa yang belum beruntung. Harus semua pihak menerima setiap perjalanan sistem demokrasi kita di Indonesia ini, pasti ada yang kalah dan ada yang menang, semua kita kembalikan kepada Tuhan yang kuasa, semua sudah memiliki jalan dan takdir masing-masing yang sudah digariskan oleh Allah Swt,” imbuhnya.
Usai acara, PMII, para peserta dan pemateri membacakan maklumat Pemuda dan Mahasiswa Lombok Timur, yakni menolak semua gerakan yang bersifat inkonstitusinal, menunggu hasil resmi keputusan KPU, nemperbanyak zikir dan doa di bulan Ramadhan dan berkomitmen memerangi hoaks. (red/3)