KORANNTB.com – Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengomentari kasus kematian seorang joki kuda Muhammad Sabila Putra (10 tahun) usai terjatuh dari kuda pacuan di Kelurahan Sambi Na’e, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.

Praktik joki cilik dalam pacuan kuda menurut gubernur, merupakan kebanggaan yang keliru dari orang dewasa. Gubernur mengatakan orang tua joki cilik kadang merasa bangga anak mereka karena menjadi joki, padahal justru mengancam nyawa sang anak.

“Dari dulu kita prihatin sebenarnya. Terkadang masyarakat kita bangga suatu hal atas nama budaya yang sebenarnya tidak pada tempatnya. Tapi cara masyarakat berpikir ditentukan oleh pengalaman pendidikan, teman dia berinteraksi dan keadaan ekonomi,” katanya saat ditemui di Kota Mataram, Jumat, 18 Oktober 2019.

Zulkieflimansyah mengakui, tradisi pacuan kuda yang melibatkan anak tanpa alat keselamatan yang lengkap sangat berisiko. Dia berusaha mengubah tradisi tersebut secara perlahan mulai dari sekolah joki kuda yang dimilikinya.

“Saya termasuk orang yang bikin perubahan tapi tidak drastis. Saya punya lahan pacuan kuda sendiri, dan mulai diperkenalkan kuda besar. Kuda besar menyaratkan joki yang tidak kecil. Kalau kita ingin merubah bahwa joki kecil harus diganti, itu bertabrakan dengan kultural masyarakat yang kadang-kadang ada kebanggaan yang keliru, padahal kebanyakan joki itu putus sekolah dan tidak berpendidikan,” ujarnya.

“Kami sudah bikin sekolah joki cilik supaya kejadian bisa diminimalisir,” sambungan pria yang hobi kuda ini.

Gubernur menjelaskan, praktik joki cilik justru sangat membebani anak-anak. Namun karena desakan orang tua dan ekonomi, anak-anak justru menjadi korban dengan tampil sebagai joki. Mereka justru yang memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

“Ada kebanggaan yang keliru, disangka joki cilik hebat atau berani, padahal anak-anak takut juga, tegang juga. Tapi atas nama berkelahi dengan kehidupan, desakan orang tua maka dia membunuh rasa takut padahal tidak tahu risikonya kalau jatuh. Tapi merubah ini pelan-pelan,” ungkapnya.

Dia menegaskan tidak menyetujui praktik joki cilik. “Saya tidak setuju bahwa anak-anak jadi joki tapi kehilangan sekolah, kehilangan waktu bermain,” katanya.

Gubernur mengatakan, event pacuan kuda cilik yang memperebutan piala Walikota Bima menyambut HUT TNI ke 74 tahun 2019 dihentikan pasca insiden Senin sore, 14 Oktober 2019.

“Sudah dihentikan. Ini jadi refleksi kita, kadang-kadang kita mau berubah kalau sudah ada bencana, kita mau berubah kalau sudah ada yang jadi korban dan hanya kesakitan, darah yang membuat kita mau berubah,” katanya. (red)

Foto: Istimewa