KORANNTB.com – Sebelum maraknya penggunaan meteran listrik prabayar, di mana masyarakat masih menggunakan meteran pascabayar, setiap masyarakat yang menunggak pembayaran listrik cukup lama akan dikenakan sanksi pencabutan meteran.

Namun, bagaimana jika kondisi tersebut berbalik, di mana pihak PLN melakukan pemadaman bergilir dengan tempo yang lama. Kompensasi terhadap pelanggan paling tepat dilakukan.

Namun alih-alih bicara kompensasi, PLN NTB hanya menunjukkan bahwa mereka sedang bekerja memperbaiki atau dengan bahasa PLN melakukan pemeliharaan PLTU Jeranjang. Konon itu menjadi salah satu alasan pemadaman, selain beban kelistrikan yang meningkat akibat musim kemarau.

Hubungan musim kemarau di NTB dengan meningkatnya beban listrik, dituduh karena penggunaan AC yang berlebihan di ruangan, akibat dari musim kemarau yang membawa panas menyengat.

PLN saat ini terkesan sibuk berbicara bahwa mereka sedang melakukan pemeliharaan. PLN sibuk bertemu stakeholder di NTB dibandingkan bicara kerugian masyarakat NTB.

Padahal, akibat pemadaman banyak masyarakat mengalami kerugian. Masyarakat yang rugi tidak hanya konsumen residensial atau perumahan, tetapi juga sektor usaha. Ini menjadi sinyal buruk bahwa NTB tidak siap dengan pariwisata. Kontras dengan pernyataan PLN yang selalu mendukung KEK Mandalika dengan MotoGP-nya.

Bahkan, pelaku usaha kecil sangat merugi akibat pemadaman listrik tersebut. Loundry yang mengandalkan mesin cuci dan setrika terpaksa merugi dan dikomplain pelanggan, usaha salon atau barbershop, peternak unggas yang harus kehilangan telur unggas akibat listrik padam, dan lainnya.

Bahkan, masyarakat yang hendak mengambil uang di ATM terpaksa menunda akibat listrik padam. Ini tandanya perputaran uang juga akan macet akibat padamnya listrik.

PLN harusnya berbicara kompensasi terhadap pelanggan. Sama seperti mencabut meteran listrik jika pelanggan terlambat membayar. Kompensasi tidak hanya dihitung berdasarkan teknik regulasi, tetapi berdasarkan kerugian konsumen.

Jangan lagi bertingkah playing victim yang terkesan menjadi korban. Sama seperti kecenderungan pegawai PLN yang membela diri dari komentar Facebook. Pegawai bernama Azwan yang melabeli akunnya bekerja di PLN bertingkah playing victim dan justru menyalahkan masyarakat terkait pemadaman listrik.

“Memang pkerjaan kami tidak pernah dipuji sama masyarakat,hanya terima cacian saja,tp dari caci maki kalian kami sadar itu memang dah resiko und kami,tp kami minta kesadaran masyarakat untuk melunasi listriknya perbulan agar kami bisa merealisasi permasalahan
listrik yg lg di kerjakan oleh PLN,anda
butuh listrik kamipun butuh dana untuk memperbaiki kerusakan,” katanya. (red)

Seorang diduga pegawai PLN minta warga membayar listrik