KORANNTB.com – Dua mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat (NTB) masih berada di Kota Wuhan, China saat kota tersebut telah ditutup karena diduga sumber virus Corona. Mereka masih berada di asrama di tengah wabah mematikan di kota itu.

Dua mahasiswa yang masih di sana adalah Dewi Pujut Putri Arerien asal Lombok Tengah dan Noval asal Cakranegara Mataram.

Orang tua mereka berharap pemerintah dapat mengevakuasi anak mereka untuk kembali ke Indonesia, sebelum wabah tersebut menular.

“Sebaiknya dievakuasi ke daerah aman dan dipulangkan ke rumah Lombok,” kata ayah Dewi Arerien, Abdul Rauhun di Mataram, Senin, 27 Januari 2020.

Mereka sangat khawatir kondisi anak mereka yang terisolasi di Wuhan. Terlebih lagi belum ada penawar virus Corona.

“Kita tidak tahu kondisi hari hari ke depan. Harapan kami ananda Puput (panggilan anaknya) disegerakan dievakuasi,” katanya.

Dia mendapat kabar kondisi anaknya yang tidak dapat keluar untuk berbelanja kebutuhan logistik, karena tidak berani untuk berada di luar di tengah ganasnya virus.

“Benar sekali tidak bisa keluar karena Wuhan dinyatakan diisolasi. Jadi dia di kamarnya saja mengurung diri sejak seminggu,” katanya.

Puput di kamar tidak tinggal sendiri. Dia bersama seorang mahasiswa asal Kebumen Jawa Tengah yang dalam kondisi aman.

Puput yang dihubungi berharap agar segera dievakuasi. Dia takut sewaktu waktu dapat terkena virus tersebut.

“Kita di sini hanya berharap biar cepat dievakuasi dipulangkan. Virusnya makin parah kota ini diisolasi. Ok kita dikasih bahan logistik masker, tapi kita di sini bertahan sampai kapan? Penularan dari virus ini sangat cepat. Mudah  buat menular ke orang. Dengan cara ngomong nanti batuk itu juga bisa menyebar,” kata Puput.

“Jadinya yang kami harapkan bisa cepat dipulangkan,” pintanya.

Dia mengatakan kondisi keuangan saat ini telah menipis, sehingga Puput sangat khawatir ke depannya.

“Kami di sini juga mahasiwa dapat uang dari mana juga,” keluhnya.

Puput mengatakan ia mendapatkan beasaiswa full funded (beasiswa penuh) di NTB. Setiap bulan diberikan sekitar Rp5 juta oleh pemerintah China.

Puput mengambil S1 Biotechnology di salah satu kampus di Wuhan, namun aktivitas kuliahnya belum dimulai karena masih kursus bahasa Mandarin selama satu tahun.

Sementara seorang mahasiswa NTB di Wuhan, Fitria Hanaswari telah tiba di kampung halaman di Kuta Lombok Tengah. Dia berhasil lolos karena saat penutupan kota tengah berada di Guangzhou. Dia kemudian memutuskan pulang ke Indonesia. (red)