Kisah Mahasiswa Lombok Tengah, Lolos Saat Kota Wuhan Ditutup
KORANNTB.com – Kota Wuhan yang diduga menjadi lokasi virus Corona muncul telah ditutup pemerintah pada 23 Januari 2020. Banyak masyarakat yang terisolasi di sana. Dua di antaranya adalah mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat.
Mahasiswa NTB penerima beasiswa di Wuhan berjumlah tiga orang, dua di antaranya masih berada di sana hingga kini.
Satu mahasiswa yang berhasil lolos sebelum Wuhan ditutup adalah Fitria Hanaswari. Gadis asal Kuta, Lombok Tengah itu begitu bersyukur tidak terjebak di Kota Wuhan di tengah ganasnya virus Corona.
Fitri mengatakan, dia berhasil lolos dari Kota Wuhan secara tidak terduga.
Di sebuah stasiun kereta di Wuhan, Fitri menjemput seorang temannya dari Beijing untuk liburan di Wuhan.
“Tanggal 18 (Januari) malam saya jemput teman saya dari Beijing mau liburan ke Wuhan. Pada waktu itu sama sekali orang-orang masih ramai, bahkan sedikit yang pakai masker,” katanya saat dihubungi VIVAnews, Senin malam, 27 Januari 2020.
Fitri dan temannya menikmati musim libur di Wuhan. Namun liburan mereka di ibukota Provinsi Hubei, Tiongkok itu tidak berlangsung lama. Fitri dan temannya berencana liburan ke Guangzhou China.
“Tapi di Wuhan cuma beberapa hari, tanggal 21 kita rencanain mau keluar kota, nama kotanya Guangzhou China,” ujarnya.
Saat itu dia tidak terlalu memikirkan wabah Corona. Bahkan dia tidak mengetahui rencana penutupan kota, karena imbauan pemerintah setempat berlangsung singkat.
“Tanggal 21 kita ninggalin Wuhan bukan karena virus, tapi menang karena liburan. Imbauan (penutupan kota) seperti tidak terlalu serius. Kota ditutup tanggal 23, sehari setelah saya ninggalin kota,” katanya.
Begitu menyadari kota ditutup, Fitri sangat kebingungan, terlebih lagi dia hanya membawa sebuah tas ransel, sementara barang-barang miliknya saat ini masih berada di asrama Kota Wuhan.
Dia saat itu belum berencana balik ke Indonesia. Namun, dari LPP NTB dan KBRI selalu bertanya kabarnya. Dia juga diminta untuk kembali ke Indonesia karena Guangzhou tempatnya berada telah menyebar virus Corona.
“Saya bahkan cuma bawa tas ransel doang langsung di Guangzhou balik ke Indonesia. Saya berencana tinggal di Guangzhou tapi saya dihubungi di NTB karena virus sudah sampai Guangzhou,” katanya.
Dia berada di Guangzhou hingga tanggal 25 Januari. Fitri sangat kebingungan karena biaya hotel di sana cukup mahal.
“Saya dibantu LPP dan KBRI Beijing, ditanya lagi di mana. Saya disarankan balik ke Indonesia,” katanya.
Pada tanggal 25 Januari Fitri memutuskan untuk terbang ke Indonesia, meninggalkan kota yang begitu mencekam bagi masyarakat dunia saat ini. Dia transit di Bali dan selanjutnya pulang ke Lombok.
“Tiba di Indonesia tanggal 25, saya berangkat jam 2 pagi sampai jam 1 (siang) di Indonesia. Saya transit Bali baru langsung ke Lombok. Di Bali ada pemeriksaan ketat,” katanya.
Fitri merupakan mahasiswa yang berkuliah di Central China Normal University. Kampus yang berada di jantung kota Wuhan.
Sesampainya di Lombok, dia mencoba menghubungi rekannya di Wuhan.
“Saya sempat tanya mereka gimana keadaan mereka. Ada yang bilang, ‘kamu sih kenapa liburan, sekarang kan enggak bisa balik ke Wuhan’. Padahal saya justru bersyukur,” katanya.
Namun dia mengatakan semua mahasiswa asal Indonesia di Wuhan dalam kondisi baik-baik saja. Hari ini mahasiswa dapat keluar membeli persediaan logistik untuk kebutuhan di asrama.
“Sampai sekarang masih aman, setahu saya enggak ada teman-teman dari Indonesia yang terkena virus. Hari ini mereka Alhamdulillah sudah keluar beli kebutuhan mereka,” ujarnya.
Selain itu, kantin kampus yang semula ditutup saat musim libur, kini telah dibuka untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa yang terisolasi di Wuhan. Namun kantin maupun toko tidak beroperasi secara normal. Toko dibuka pada jam-jam tertentu.
“Kantin sekolah sudah beroperasi, tapi kalau ke kantin ada pengecekan suhu tubuh. Ada dekat kampus toko sudah buka, cuma punya jam operasi sendiri enggak seperti hari normal,” katanya.
“Pihak KBRI dan pemerintah Indonesia sedang berusaha juga untuk mengevakuasi mereka tapi memang enggak semudah membalikkan telapak tangan. Semoga secepatnya bisa dipulangkan,” katanya. (red)
Foto: Ilustrasi polisi China/ist