KORANNTB.com – Dewi Noviany maju menjadi calon Wakil Bupati Sumbawa dalam Pilkada Sumbawa.

Dewi adalah adik kandung Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Isu majunya dia dalam pesta politik lima tahunan tersebut sempat dikabarkan atas campur tangan Zulkieflimansyah selaku kakak.

Ketua Tim Pemenangan Pilkada Daerah (TPPD) PKS Sumbawa, Sambirang Ahmadi mengatakan bahwa majunya Dewi bukan karena campur tangan Gubernur NTB, meskipun Gubernur menjabat Ketua Tim Pemenangan Pemilu DPW PKS NTB.

“Saya tegaskan bahwa Bang Zul tidak pernah sekalipun meminta PKS mendukung adiknya. Karena beliau tahu PKS punya calon internal. Boleh tanya DPW, boleh tanya temen-temen lain di Fraksi PKS atau temen-teman lain di DPD maupun DPW kalau pernah keluar dari mulut Bang Zul bahwa dia meminta agar PKS mendukung adiknya maju di Pilkada Sumbawa,” ujarnya di Mataram, Jumat, 21 Februari 2020

Anggota DPRD NTB jebolan Dapil VI Sumbawa-KSB itu mengatakan, sampai dengan saat ini PKS masih memberikan ruang Andy Tirta mendapatkan parpol koalisi serta pasangannya.

“Jadi bagaimana bisa Bang Zul itu merekayasa untuk mendukung Novi. Sementara, sikap partai mengusung Andy Tirta. Kalau benar Bang Zul mendorong adiknya kenapa tidak dari awal saja minta ke PKS ayo dukung adik saya, iya kan. Tapi apa, beliau tidak pernah mengatakan seperti itu dan saya tahu betul siapa Bang Zul,” katanya.

Sambirang, menjelaskan munculnya nama Novi tidak pernah sedikitpun terpikirkan oleh pengurus PKS. Justru, kemunculan Novi karena adik Gubernur NTB itu, mendapat apresiasi dari para tokoh maupun partai politik (parpol) yang ingin melihat adik Gubernur NTB itu maju di Pilkada Sumbawa.

“Perlu diketahui masyarakat, justru Bang Zul minta ke PDIP itu supaya mau menerima Andy Tirta, bukan Novi yang notabenenya adalah adiknya. Kenapa saya tahu karena saya ikut langsung dalam proses negosiasinya dari awal. Jadi sekarang jangan dibolak-balik bahwa ada peran Bang Zul, kan nggak bijaksana kita kalau menilai seperti itu,” kata Ketua Komisi III DPRD NTB itu.

“Nah kalau partai-partai dan tokoh-tokoh lain saja memberikan apresiasi terhadap adiknya gubernur, masa partai PKS tidak memberikan apresiasi yang sama. Inilah cara kita menyikapi persoalan. Jadi intinya saya tegaskan bahwa PKS memperlakukan dan memberikan ruang kepada semuanya sama,” sambungnya.

Katanya, meskipun nama Novi akhirnya dikait-kaitkan dengan PKS, karena memang Novi pada saat itu mendaftar sebagai bakal calon kepala daerah bersama Mahmud Abdullah atau disapa Haji Mo’. Bukan, karena ada persetujuan Gubernur NTB.

“Jadi Novi itu datang tidak ujug-ujug menjadi calon tanpa melalui proses. Dan Novi pun datang bersama pasangannya Haji Mo mendaftar di PKS dan diterima oleh TPPD. Itu mekanismenya. Kalau misalnya tim pemenangan Pilkada daerah kami ndak mau ya nggak akan muncul juga nama Novi. Jadi itu bukan maunya Ketua TPPD sendiri, melainkan keputusan bersama TPPD. Intinya jangan ada salah sangka atau prasangka buruk. Mari kita berfikir positif dan sikapi semuanya dengan bijaksana,” ujarnya.

Karena itu, sebagai Ketua TPPD PKS Sumbawa, Sambirang menegaskan, bahwa apa yang menjadi keputusan TPPD itu bukan berdasarkan keinginan segelintir orang, namun menjadi keinginan seluruh anggota TPPD dengan mempertimbangkan dinamika politik di luar PKS yang memberikan ruang kepada calon lain.

“Masak PKS mau nonton saja, ya nggak mungkin kalau misalnya ada ruang bagi eksternal ya kita kasi. Tapi kalau misalnya nanti kader internal (Andy Tirta) direkom ini berhasil mendapatkan pasangan, ya kita usulkan ke DPP,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sambirang menyatakan, dalam mengusung calon, PKS  memiliki beberapa pertimbangan sesuai yang telah diamanahkan DPP. Pertama, mendapatkan dukungan dari parpol lain sehingga terpenuhi syarat kursi minimal sembilan kursi.

Kedua, peluang elektabilitasnya untuk memenangkan pertarungan dan ketiga terkait loyalitasnya.

“Karena nanti akan ditanya oleh DPP dan lain sebagainya. Jadi syarat-syaratnya ini yang jadi pertimbangan, bukan sekedar dia di rekom Pemilihan Umun Internal (PUI) partai, namun perlu dipahami bahwa itu adalah salah satu pintu masuknya. Jadi ada pertimbangan lain. Karenanya, mari kita bijaksana,” katanya.

Menurut Sambirang, prosesnya berjalan sesuai mekanisme. Itu telah ditentukan jadwal setiap kabupaten, seperti Sumbawa paling lambat tanggal 29 Februari. Sehingga itu bukan keinginan Ketua TPPD, melainkan keinginan DPW dengan berbagai pertimbangan lainnya termasuk soal waktu yang terus bergulir dalam bersikap.

“Bayangkan, 270 kabupaten kota yang mau Pilkada kalau diperlambat kasihan DPP menumpuk beban kerjanya. Kita mempersingkat waktu dan mengurangi beban kerja pihak DPP,” ujarnya.

Berkaitan dengan Andy Tirta, Sambirang mengaku ada atau tidaknya pasangan berdasarkan hasil syuro tetap diusulkan ke tingkat DPW. Meski begitu, ia menambahkan, hingga kini belum ada keputusan final dari DPP terkait bakal calon yang diusung di Pilkada Sumbawa.

“Karena politik ini bisa saja berubah di menit akhir. Karena bisa jadi tiba-tiba di menit akhir ada yang mau berpasangan dengan Andy Tirta, ya ini kan kita antisipasi semua. Dalam semua tahapan proses mekanisme ini semua sudah sangat jelas dan dipahami bahkan sangat transparan,” katanya.

“Dan kepada pak Andy Tirta tetap kita usulkan ke DPW, dan kita (kader PKS) mendoakan mudah-mudahan segera mendapat pasangan dan dukungan dari partai lain untuk memenuhi jumlah kursi yang telah ditentukan menjadi syarat,” katanya. (red)