KORANNTB.com – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram mengeluhkan kebijakan kampus yang menerapkan sistem kuliah online di tengah pandemi COVID-19.

“Mengingat model kuliah online/during membuat mahasiswa tidak menggunakan fasilitas kampus seperti biasanya namun harus tetap membayar uang UKT seperti biasanya,” ujar Perwakilan Mahasiswa UIN Mataram, Suparman kepada Media ini, Kamis 2 April 2020.

Dikatakannya, hal ini sangat berdampak untuk mahasiswa mengingat perkuliahan online ini tidak dibarengi dengan fasilitas, seperti pengaturan jam kuliah yangg tidak teratur, dan tentunya kuota bagi mahasiswa.

“Mahasiswa kesusahan ketika kouta internet habis. Kami harap pihak kampus memberikan fasilitas berupa kouta internet gratis,” kata Ketua Kom PMII UIN Mataram ini.

“Kuliah online ini kami rasa sangat kurang efektif, dengan sistem ini begitu banyak dosen yang semenang-menang membebankan tugas pada kami dan begitu banyak mahasiswa yang mengeluh,” cetusnya.

Senada, Tomi Satria Gunawan mengungkapkan kuliah online ini juga tidak semua daerah punya kekuatan sinyal yang bagus.

“Banyak dari teman-teman kami diluar daerah tidak memiliki sinyal maka terpaksa mereka harus absen. Kami harap kampus memberikan solusi,” katanya.

Apalagi dengan mahasiswa yang sedang malakukan konsultasi proposal maupun skripsi dan bahkan yang belum bisa melakukan penelitian.

Proposal dan ujian skripsi sementara sesuai kalender akademik akan wisuda di bulan Agustus. “Kami minta supaya para dosen tidak memberikan tugas semenang-menang terhadap mahasiswa dan kuliah dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ada,” kata Tomi.

Menanggapi keluhan mahasiswa tersebut, Wakil Rektor I UIN Mataram, Prof Dr Masnun menegaskan bahwa pihak kampus sedang menyiapkan solusi terhadap apa yang dikeluhkan oleh mahasiswa dan dosen termasuk kouta gratis.

“Insyaallah ada, hanya lagi digodok teknisnya. Insyaallah sehari dua hari ini kita harapkan rampung,” ujarnya.

“Tadi sudah saya jawab di lingkungan dosen, insyaallah akan merealisasikan permohonan itu, lagi mencari pola. Jadi bukan mahasiswa saja, tetapi dosen pun begitu. Hanya kalau itu terwujud, hendaknya dipakai untuk kebutuhan akademik, bukan yang lain,” kata Prof Masnun. (red)