KORANNTB.com – Belakangan ini perbicangan program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) Gemilang santer dibicarakan banyak orang. JPS Gemilang merupakan program Pemerintah Provinsi NTB berbagi Sembako pada masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

JPS Gemilang berisi bantuan paket Sembako dan paket obat-obatan dan Alat Perlindungan Diri (APD). Seperti beras 10 Kg, minyak goreng 1 liter, telur 20 butir, susu kedelai, minyak kayu putih/cengkeh, masker non medis 3 buah, sabun lokal dan teh kelor.

Untuk teh kelor, pemasoknya adalah UD Tri Utami Jaya yang beralamat di Jl Sakura Raya blok G, No. 10 BTN Sweta Indah Mataram.

Koranntb.com mengunjungi dan melihat secara langsung proses pembuatan teh kelor di pabrik rumahan tersebut pada Senin sore, 27 April 2020.

Pemilik UD, Nasrin H. Mukhtar menjelaskan proses pembuatan teh kelor mulai dari tahap mendatangkan bahan baku kelor yang telah dikeringkan. Bahan baku kemudian digiling dan dicampur dengan daun pandan sebagai aroma.

Proses selanjutnya adalah melakukan oven terhadap bahan baku tersebut.

“Oven memiliki empat fungsi, yaitu mengukur kadar air, pematangan, membunuh bakteri dan homogen,” kata Nasrin.

Proses laminating teh kelor

Tahap selanjutnya adalah dimasukkan dalam saset teh, dimasukkan dalam kemasan dan terakhir dilaminating.

Dia menjelaskan, per bungkus teh kelor dijual pada pemerintah untuk JPS Gemilang Rp 17.000. Sementara biaya produksinya Rp 15.000. Itu selanjutnya didistribusikan pada 105 ribu kepala keluarga.

Teh kelor merupakan satu-satunya produk lokal asli NTB yang tembus ke mancanegara. Nasrin menceritakan permintaan teh kelor hingga ke pasar Taiwan. Itu dalam bentuk bubuk kaleng teh kelor.

Teh kelor dalam kemasan

“Sebelumnya kita ekspor di Taiwan lewat eksportir Jepang di Jakarta dalam bentuk bubuk kaleng,” katanya.

Sementara di dalam negeri, ada sekitar 20 distributor yang menerima teh kelor asal NTB. Bahkan, Nasrin juga menjual produk teh kelor di olshop ternama di dunia, Alibaba.

Nasrin mengungkapkan, produk ini tidak hadir begitu pandemi terjadi, tapi usaha teh kelor sudah dirintis sejak 2016 silam.

“Kita tidak hadir begitu Covid-19, tapi usaha ini dari 2016. Pemerintah tidak mau menjual produk yang tidak berizin. Dan produk kami sudah berizin,” ungkapnya.

Pemilik UD, Nasrin H. Mukhtar menunjukkan jenis produk home industri miliknya

Awal keterlibatan Nasrin dengan kelor merupakan ketidaksengajaan. Ketika seorang sahabatnya asal Jerman memintanya untuk menyediakan daun kelor segar sebanyak satu ton. Ketika daun kelor sudah terkumpul dan siap untuk dikirim ke Jerman tiba tiba sahabat tersebut tidak dapat dihubungi atau hilang tanpa jejak.

Di tengah kegundahannya tersebut, Nasrin memiliki ide untuk mengolah daun kelor yang telah terkumpul untuk dibuat menjadi bahan baku teh. Tidak disangka inovasinya tersebut mendapat sambutan positif dari pasar. Kerja kerasnya ini berhasil mengangkat produk lokal ke skala internasional.

Nasrin dapat berbangga diri karena tujuannya untuk memberdayakan masyarakat di kampung halamannya dapat terwujud, serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengandalkan kelor. Sebab selama ini petani di kampung halamannya hanya mengutamakan komoditas padi, bawang dan jagung, untuk mata pencaharian mereka.

Untuk tenaga kerja di Mataram, diupah selama delapan jam kerja mulai dari Rp50 hingga Rp125 ribu per hari.

“Kelor itu bukan hanya sekedar sebagai sayur tapi kelor ini sudah menjadikan sebagai produk herbal yang bisa menjaga kesehatan bagi masyarakat itu sendir. Karena WHO sendiri sudah memberikan brand bagi kelor itu sebagai pohon ajaib karena mulai dari akar kulit, getah, ranting daun bunga buah dan biji itu bisa untuk dijadikan sebagai tanaman untuk pengobatan dan sebagai untuk kosmetik,” kata Nasrin H Mukhtar.

Produk teh kelor miliknya diberi nama Moringa Kidom atau Moringa Kilo Dompu, daerah kelahirannya. Moringa Kidom tidak hanya menyajikan minuman teh, namun memiliki beberapa varian produk seperti kapsul dan masker yang dikombinasikan dengan tumbuh-tumbuhan dan rempah rempah, akar dan alang alang yang semuanya didapatkan secara alami dari alam NTB.

Kini produk miliknya tersebut akan dinikmati masyarakat NTB melalui program JPS Gemilang. Produk tersebut masuk melalui Dinas Perindustrian NTB.

Produk teh kelor berbentuk saset tersebut dapat diminum dipakai dua kali dan berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.

“Ini bentuk saset tinggal dicelupkan ke air panas dibiarkan sampai pekat. Bisa jadi obat kencing manis, jantung, kolesterol, kalau di Belanda (dipercaya jadi) obat kanker,” ujarnya. (red)