KORANNTB.com – Alat tes cepat atau rapid test karya anak bangsa akan segera diproduksi secara massal. Rapid test tersebut dikembangkan di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Produksi rapid test merupakan kerjasama Laboratorium Hepatika Bumi Gora Mataram, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga.

Direktur Laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram Prof dr Mulyanto, mengatakan Kementerian Ristek meminta Hepatika membuat rapid test dengan pendanaan BPPT. Kemudian dengan menggandeng dua universitas di Indonesia, rapid test tersebut tengah dilakukan uji validasi saat ini.

“Kami mendapat tugas dari Kementerian Ristek awal April untuk membuat rapid test. Itu satu tim ada BPPT, Gadjah Mada, Hepatika sama Universitas Airlangga. Nah kemudian BPPT memberikan dana untuk pengembangan rapid test ini,” kata dr Mulyanto, di Mataram, Kamis, 25 Juni 2020.

Hepatika Mataram juga telah membuat prototipe dan mengumpulkan bahan. Pada pertengahan Mei lalu prototipe telah jadi.

“Kami di Hepatika ini membuat dan mengumpulkan bahan-bahan kemudian dibuat prototipenya. Kemudian harus dilakukan uji validasi di lapangan. Kira-kira pertengahan Mei prototipenya sudah jadi,” ujarnya.

“Setelah jadi prototipe maka akan dilakukan uji validasi di lapangan, yang dikerjakan Universitas Gajah Mada dan Universitas Airlangga,” kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ini.

Prof Mulyanto juga peraih Bakrie Award Bidang Kedokteran pada 2008. Ia saat itu menemukan serum malaria. Ia mengatakan Menteri Kesehatan telah memberikan izin edar terhadap rapid test buatan anak bangsa ini.

“Menteri Kesehatan sudah memberikan izin edar. Itu berarti boleh diedarkan atau dipakai masyarakat,” katanya.

Untuk saat ini rapid test diproduksi sebanyak 10 ribu untuk keperluan validasi dan internal. Akhir bulan Juni mendatang uji validasi akan selesai.

“Kami produksi sekitar 10 ribu untuk keperluan uji validasi atau keperluan interen sebelum dipasarkan. Uji validasi sekitar satu bulan ini. Insyaallah akhir bulan ini selesai uji validasi,” jelasnya.

Pada Juli 2020 rapid test anak bangsa ini akan dipasarkan secara umum. “Rencananya bulan depan akan dipasarkan untuk umum,” katanya.

Dia mengungkapkan, Kementerian Kesehatan telah memesan produk rapid test sebanyak 1 juta test dengan target waktu hingga Desember 2020. Untuk mempercepat produksi, Hepatika Mataram telah menggandeng perusahaan lain di Indonesia untuk memproduksi sebanyak 500 ribu test.

“Kemudian juga Kementerian Kesehatan sudah memesan 1 juta test. Untuk 1 juta test sampai Desember sudah selesai sehingga BPPT juga menunjuk perusahaan lain untuk memproduksi ini. Harganya sudah ditetapkan Rp75 ribu per test, enggak boleh lebih. Kalau kurang boleh,” ujarnya.

Keunggulan rapid test ini, telah diuji langsung di Indonesia. Berbeda dengan rapid test impor tanpa melalui proses pengujian di dalam negeri. Apalagi strain virus yang digunakan dalam pengembangan berasal dari orang Indonesia, berbeda dengan luar negeri yang menggunakan strain virus negara lain.

“Kalau rapid test yang impor belum pernah diuji lapangan atau validasi di sini,” katanya. (red)