KORANNTB.com – Direktur RSUD Kota Mataram dr. HL Herman Mahaputra alias Dokter Jack mengatakan, aksi penjemputan paksa ribuan warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat terhadap jenazah pasien positif Covid-19 , pada Senin malam, 6 Juli 2020, lantaran pihak keluarga tidak menghendaki pemakaman tanpa dilakukan protokol Covid-19.

Padahal, pasien berinisial Ny.M berjenis kelamin perempuan, berusia 55 tahun asal Dusun Erat Mate, Desa Mekar Sari telah didiagnosa positif Covid-19 melalui dua kali Swab. Yakni, pertama pada Sabtu dan Senin kemarin.

“Pasien atas nama Ny.M mengalami iskemik anterior alias gagal nafas,” ujar Dokter Jack menjawab wartawan dalam pesan Whatsappnya, Rabu, 8 Juli 2020.

Ia mengaku, tidak habis pikir atas aksi ribuan massa yang datang melakukan penjemputan jenazah tersebut. Mengingat, sejak awal, kondisi pasien sudah memburuk sejak masuk di IGD RSUD setempat. Apalagi, pasien juga telah mengalami penurunan kesadaran dan desaturasi melalui KIE perburukan.

Di mana, kata Dokter Jack, sebelum pasien meninggal pada pukul 16.50 Wita pada Senin, pihak RSUD Kota Mataram melalui tim dokter dan perawat telah melakukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai kondisi klinis pasien.

“Kami juga sudah menginformasikan pada pihak keluarga terkait kondisi pasien, sehingga pemakamannya harus menggunakan protokol Covid-19,” kata dia.

Menurut dia, pihak RSUD setempat melalui tim negoisasi telah pula melakukan upaya-upaya negoisasi sesuai standar penanganan pasien Covid-19. Namun, pihak keluarga tetap mendesak agar pemakaman tanpa protokol Covid-19.

Bahkan, negoisasi alot dan panjang hingga pukul 17.20 Wita juga dilakukan. “Namun tetap pemakaman oleh pihak keluarga tetap bersikeras menolak pemakaman dengan protokol Covid-19,” ucap Dokter Jack.

Oleh karena itu, agar pihak keluarga menyakini hasil positif dari dua kali Swab itu. Pihaknya melakukan proses KIE pada tahap berikutnya. Di mana, KIE menunggu print out hasil swab yang akan disaksikan langsung oleh pihak Camat dan kepolisian.

“Pada pukul 18.30 dilakukan kie ulang oleh tim negoisasi ke keluarga didampingi oleh Kades, Camat dan pihak kepolisian. Namun keluarga tetap bersikukuh dan mendatangkan massa,” ungkap Dokter Jack.

Meski telah berupaya melakukan langkah-langkah. Namun tetap saja, pihak keluarga tidak terima atas hasil yang ada terkait kondisi pasien serta cara pemakamannya. Akibatnya, pada pukul 19.30 Wita, massa semakin banyak dan mulai ingin meringsek masuk ke Graha Mentaram sebagai lokasi jenazah pasien tersebut.

“Kedatangan warga dengan jumlah besar itu membuat para nakes di RSUD Mataram ketakutan. Ini karena warga yang datang memaksa masuk serta jumlahnya enggak sebanding dengan petugas di RSUD setempat,” kata Dokter Jack.

Hingga kini, para nakes yang bekerja di RSUD milik Pemkot Mataram masih trauma dan ketakutan. “Kita berharap tim Gugus Tugas membuatkan SOP yang jelas agar masyarakat tidak kayak begini perlakukannya pada para nakes,” tegasnya.

Ia menambahkan, insiden kedatangan ribuan warga Desa Mekar Sari, Kecamatan Gunungsari, lantaran masyarakat terkesan belum menerima stigma jika ada warga yang terpapar Covid-19 serta selanjutnya dimakamkan menggunakan protokol Covid-19.

“Sampai kapan kondisi ini akan terus terjadi. Kami yakin, jika begini terus kondisi masyarakat, maka aksi serupa akan bisa terjadi lagi kedepannya. Tolong pada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi dan Kabupaten/kota agar membantu mengedukasi masyarakat kaitan protokol Covid-19 ini,” tandas Dokter Jack. (red)

Foto: Dokter Jack saat senam bersama pasien positif Corona/ist