“Museum Bunyi” Ustadz Shafwan
KORANNTB.com – Penulis buku biografi Maulana Syeikh, Sang Matahari ini ternyata memiliki banyak hobi dan prestasi untuk dibagikan ke publik. Selain menulis buku dan mengarang lagu, Muhammad Shafwan (48 tahun) juga mengoleksi ribuan kaset analog yang menyimpan suara para penyanyi dan tokoh penting sejarah di masa lalu, sehingga rumahnya di kawasan Sandubaya, Mataram, menyerupai sebuah “museum bunyi” yang menyimpan gema kenangan. Berikut kisahnya.
______________
Mungkin karena ia seorang pencipta lagu dan penulis puisi, sehingga semua jenis bunyi ingin dikumpulkannya. Di ruangan yang dipenuhi kaset lawas dan berbagai alat musik “kuno” seperti radio, tape recorder, tape deck, bahkan piringan hitam dan playernya, Shafwan seakan hendak membangun sebuah “museum bunyi” berbasis benda-benda teknologi analog tersebut.
“Kalau listrik mati atau internet gangguan gimana? Mau tidak mau saya kembali ke alat-alat ini.” katanya, berkilah.
Tetapi, agaknya bukan itu satu-satunya alasan pencipta lirik lagu Tebilin jok Malaysia (Ditinggalkan ke Malaysia) yang dilantunkan oleh penyanyi Sasak Eny ini, sehingga gemar mengumpulkan kaset-kaset analog yang jumlahnya ribuan itu. Karena suara yang disimpan gulungan pita kaset tersebut bukan hanya suara para penyanyi masa silam seperti Lilis Suryani, Muksin, Titik Sandhora, Elvy Sukaesih, Rhoma Irama, Gombloh, Leo Kristi, dll, tapi juga suara tokoh-tokoh sejarah seperti Bung Karno, Bung Hatta, Buya Hamka, Tuan Guru Pancor, Gus Dur, SBY, dan lain-lain.
“Sehingga orang tak sekadar bisa menghibur diri dengan musik lawas kalau ke rumah saya, tapi juga bisa mengenang sejarah.” kata Shafwan, yang telah merintis hobinya sejak di bangku Madrasah di Pancor itu.
“Kalau kesepian, atau ingin mengenang masa lalu lewat musik, ke tempat saya aja.” Ujarnya setengah bercanda, “Di sini tersedia tembang-tembang lama yang mampu menghidupkan memori kita tentang masa lalu…” ujar pria romantis ini, lalu menyebutkan sebuah alamat di Kecamatan Sandubaya, Mataram.
Shafwan, tokoh muda NW, yang lebih dikenal sebagai pengelola web Kampung Media dan pemilik perusahaan tahu ini adalah seorang pribadi yang “lapang dada”. Latar belakangnya sebagai Ustadz (Guru Madrasah) yang biasa menghadapi para Santri rupanya telah ikut membentuk kepribadian pengusaha muda yang sukses merintis karir dari nol ini.
Dalam hal kecintaan dan kesetiaannya pada organisasi NW yang membesarkannya, pengabdian Ustadz Shafwan tidak diragukan lagi. Sebagai Ustadz yang “darahnya” mengalir di pondok, begitu menyelesaikan studinya Shafwan tetap kembali ke pondok (menjadi Guru Madrasah).
Sedangkan sebagai penulis ia telah mempersembahkan karya berharga kepada publik, berupa buku biografi pendiri NW, Maulana Syeikh TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid, yang diberi Kata Pengantar oleh Dr. TGH. M. Zainul Majdi. Rupanya buku ini juga yang menjadi dasar pembuatan film dokumenter perjalanan hidup Maulana Syaikh yang digarap oleh Adi Pranajaya. Buku yang dicetak sebanyak 3000-an eksemplar itu langsung habis terjual, “Bahkan saya tidak punya arsipnya.” kata Shafwan.
Kini suami dari Fitriah dan Ayah dari Firza Ali dan Yusuf Zakka ini tengah menunggu buku kumpulan puisi keduanya (Seribu Kali Hujan) keluar dari percetakan. “Buku puisi saya sedang proses cetak…” katanya. Selamat & Salam kreatif. (Jon Hara)