KORANNTB.com – Publik saat ini dibuat geger dengan kabar terkait adanya potensi tsunami yang mencapai 20 meter. Itu sebelumnya disampaikan ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro.

Dalam laporan ilmiah disebut potensi tsunami besar di selatan Jawa jika dua area megathrust di selatan Jawa runtuh bersamaan. Diperkirakan gempa bumi mencapai 9,1 magnitudo disusul dengan gelombang tsunami dengan perkiraan ketinggian 20,2 meter.

Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi dalam keterangan pers diterima media ini meminta masyarakat untuk tidak panik, namun dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi.

Ia menjelaskan, pernyataan pakar bukan merupakan prediksi jangka pendek namun merupakan prediksi kemungkinan terburuk jika bencana tersebut terjadi.

“Namun hal ini kadang sering di salah artikan. Pakar menciptakan model potensi bencana, tujuan utamanya adalah menjadi acuan mitigasi. Bukan untuk dipahami hal itu pasti terjadi dan seolah olah itu akan terjadi besok pagi,” katanya dalam keterangan pers dikutip KORANNTB.com pada, Senin, 28 September 2020.

“Permasalahan ini tentunya perlu adanya perubahan paradigma di masyarakat. Kenali potensinya, siapkan mitigasinya, dan masyarakat menjadi tangguh terhadap bencana,” imbaunya.

Dijelaskan, gempa bumi tektonik adalah gempa yang terjadi akibat pergeseran kerak bumi. Dampak bawaannya sangat beragam baik kerusakan bangunan, tanah longsor, liquifaksi dan tsunami. Sehingga mitigasi gempa bumi dan dampaknya menjadi hal yang mendesak untuk daerah rawan gempa bumi seperti Indonesia.

“Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana),” katanya.

“Salah satu hal penting dalam mitigasi gempa bumi dan tsunami dengan melakukan penguatan infrastruktur seperti bangunan tahan gempa dan lainnya, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” sambungnya.

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, kata Ardhianto tentunya diperlukan sinergitas antara semua pihak. Salah satu hal penting adalah pemahaman potensi gempa bumi.

“Mengapa kita perlu memahami potensi gempa bumi? Hal yang mendasar karena gempa bumi tidak bisa diprediksi dan dampaknya besar. Untuk itu pakar gempa melakukan penelitian untuk mengukur potensi gempa bumi di suatu segmen kegempaan. Seperti contoh segmen selatan Jawa,” ujarnya.

Dengan mengetahui potensinya maka akan dapat digunakan untuk perencanaan penanggulangannya. Sehingga, pernyataan pakar bukan untuk menakuti masyarakat, namun bagaimana agar masyarakat menanamkan kewaspadaan dan sadar mitigasi bencana sedini mungkin. (red)

Foto: Ilustrasi Ombak Besar /Ray Bilcliff (Pexels)