KORANNTB.com – Pertemuan silaturahmi H Badruttamam Ahda atau populer dikenal Ustadz Ahda dengan mantan Gubernur NTB dua periode, Tuan Guru Bajang (TGB) KH M Zainul Majdi pekan lalu, dinilai menjadi momentum strategis bagi pasangan Makmur-Ahda (MUDA) di Pilkada Kota Mataram.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Dr Kadri mengatakan, pertemuan Ahda dengan TGB sebagai salah satu upaya membuka pintu
masuk untuk mendapatkan dukungan jamaah NW Kota Mataram.

Menurutnya, meski tidak secara eksplisit menyatakan TGB secara utuh memberikan dukungannya, namun moment silaturahmi antar dua ulama sesama alumni Al-Azhar, Mesir ini memiliki pesan simbolik yang kuat.

“TGB sebagai tokoh tempat meminta petuah. Ahda sebagai junior di Al-Azhar Kairo satu almamater. Tapi saya melihat dukungan dari TGB itu tidak secara eksplisit,” katanya.

Kadri mengatakan, harus ada tindak lanjut dari pertemuan tersebut. Tindak lanjut yang dimaksud adalah pasangan calon yang sudah bertemu dengan TGB harus menindaklanjuti pertemuan tersebut terhadap gerbong di bawahnya.

Sebab, setelah bersilaturahmi dan diterima oleh TGB, berarti secara emosional kedua paslon memiliki hubungan yang bagus
dengan Ketua PBNW itu.

“Tapi bukan berarti setelah bertemu TGB sudah tuntas, tetap harus ada komunikasi setelahnya. Untuk bisa menterjemahkan lebih lanjut berefek elektotal, dibutuhkan tindak lanjut berkomunikasi dengan orang dibawah TGB,” kata Kadri.

Menurutnya, paslon yang akan mendapat dukungan NW menurutnya adalah paslon
yang pintar secara teknis dan praktis menindaklanjuti komunikasi di bawahnya.
TGB menerima Ahda dinilainya sebagai sebuah sinyal jika Ahda adalah figur yang baik.

Kadri mengaku justru melihat ada nasehat menarik dari TGB ke Ahda. TGB memberi titik tekan ke Ahda sebagai tokoh agama muda yang harus memanfaatkan pengembangan Islam wasatiyah, Islam muda perkotaan.

“TGB memiliki harapan kepada Ahda agar
mengisi ruang kosong Islam muda perkotaan. Jadi pertemuan dengan Ahda lebih spesifik,” katanya.

Ia mengatakan, pertemuan TGB dengan
Ahda bisa dikatakan sebagai nasehat seorang kakak kepada adiknya.

Memberikan titik tekan dan pesan mendalam untuk menjaga perdamaian di Kota Mataram.

“Saya pikir sangat berpeluang mendapat
dukungan NW sepanjang dia menindaklanjuti tim teknis di bawahnya,” tukas Kadri.

Seperti diketahui, pertemuan silaturahmi Ustadz Ahda dan TGB berlangsung penuh keakraban. Namun tak menghilangkan kesantunan dan rasa hormat Ahda kepada TGB yang juga seniornya di Al-Azhar Mesir.

Ahda nampak sangat menghormati TGB dalam setiap pembicaraan. Beberapa kali keduanya berbicara dalam bahasa arab, sesekali tersenyum lepas.

TGB juga berpesan ke Ahda agar berikhtiar ikhlas dalam Pilkada Kota Mataram dan tetap mengutamakan perdamaian dan persatuan umat.

“Ahda harus menjadi Ahda sendiri. Dengan ide, gagasan dan segala yang melekat pada diri Ahda. Namun kalau saya berpendapat, Ahda berpotensi untuk mengisi satu ruang kosong di perkotaan, yakni Muslim Muda Perkotaan,” kata TGB dalam pertemuan tersebut.

Menurut TGB, Ahda bisa mewakili generasi muda muslim yang mengerti tentang kota.

“Tumbuh dan berkembang di kota metropolitan namun dengan pengetahuan agama yang kuat,” kata TGB.

Ustadz Ahda maju di Pilkada Kota Mataram dalam usia yang relatif muda. Hal ini mengingatkan saat TGB maju pertama kali dalam Pilkada Gubernur NTB 2008 silam, dan terpilih menjadi Gubernur termuda saat itu.

TGB membuktikan kemampuannya dalam memimpin Provinsi NTB selama dua periode (2008-2018), dan membawa NTB menjadi daerah yang bersaing secara nasional di beberapa sektor, terutama di sektor Pertanian, Ekonomi dan Pariwisata.

Masyarakat pemilih di Kota Mataram banyak berharap Ustadz Ahda mengulangi kesuksesan TGB. Setidaknya menjadi figur MUDA pemimpin Kota Mataram yang mampu melanjutkan ikhtiar membangun dan memajukan Kota Mataram ke depan. (red)