KORANNTB.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, berkunjung ke Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Minggu, 13 Juni 2021.

Sandiaga hadir bersama Youtuber Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Mereka berkunjung ke beberapa destinasi wisata.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah saat Sandiaga mengunjungi arena pacuan kuda. Dia mengagumi tradisi Pacoa Jara atau pacuan kuda di sana.

Bahkan, melalui status Facebook Sandiaga menuliskan kekaguman pada tradisi tersebut yang dianggap sebagai magnet wisata dunia.

“Saya dibuat takjub dan antusias menyaksikan kelincahan para juki atau joki cilik yang beradu cepat dengan kuda-kuda asal Sumbawa, Lombok, dan NTT,” tulis Sandiaga.

“Pacoa Jara Panda atau dalam bahasa Indonesianya pacuan kuda, merupakan salah satu tradisi yang ada di masyarakat Bima yang belakangan semakin banyak digemari,” ujarnya.

Bahkan Sandiaga berencana mengangkat event tersebut menjadi event nasional.

Status Sandiaga tersebut diserbu aktivis perlindungan anak. Mereka menganggap Sandiaga telah membuka ruang ekploitasi anak atas nama tradisi.

Kekesalan para aktivis bukan tanpa dasar. Sering sekali terjadi kejadian joki cilik yang jatuh saat pacuan kuda. Bahkan ada yang hingga meninggal dunia.

Senin, 14 Oktober 2019 seorang joki cilik bernama M. Sabila Putra jatuh saat pacuan kuda di sana. Dia mengalami luka parah dan meninggal dunia.

Apa lagi yg harus dikatakan apabila seorang menteri hanya melihat joki2 cilik sebagai atraksi wisata, berapa banyak lagi kita akan melihat anak2 yg merenggang nyawa di pacuan kuda, berapa banyak lagi akan kita lihat anak anak yg cacat dan putus sekolah karena pacuan kuda, anak anak dieksploitasi sedangkan para orang dewasa bersorak-sorak di tepi lapangan,” tulis Ketua Lembaga Perlindungan Anak Kota Mataram, Joko Jumadi pada status Sandiaga.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Rakyat untuk Demokrasi (LARD), Mahmudah Kalla, menuliskan kritikan pada status Sandiaga.

Pak mentri yg terhormat, budaya joki anak ini harus dihetikan,,!!
anak2 kita sdh mnjdi korban dgn kesenangan para orang2 dewasa. Tdk sedikit anak2 joki tewas dengan permainan yg sgt mmbhayakan jiwanya, ini sungguh mmprihatinkan. Sesungguhnya mereka (anak2) tdk mngerti karna blom bisa memutuskan yg baik buat dirinya, karna mereka masih mengikuti apa kata orang dewasa (ortunya),” katanya.

Aktivis Disabel, Lalu Wisnu Pradipta meminta agar setop membunuh anak-anak NTB dengan alasan tradisi.

Stop membunuh Adik adik kami dengan alasan budaya. Sudah berapa orang adik adik kami meregang nyawa di acara ini dan sudah berapa yang harus menjadi cacat seumur hidup karena kecelakaan di acara ini,” tulisnya. (red)