KORANNTB.com – Perang Rusia – Ukraina menjadi mimpi buruk terhadap potensi terbukanya perang dunia ketiga. Itu karena masing-masing negara mendapatkan dukungan negara lain.

Ukraina adalah negara yang belum resmi menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau disebut North Atlantic Treaty Organization (NATO). Namun sokongan terhadap Ukraina telah jauh hari dilakukan anggota-anggota NATO. Tujuan NATO kini adalah melindungi negara-negara anggota mereka.

Ada sebanyak 30 anggota NATO, di antara adalah Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Perancis, Turki, Jerman dan masih banyak lagi. Negara-negara tersebut memiliki komitmen untuk melindungi Ukraina dari Rusia.

Namun di samping itu, Rusia juga punya kekuatan yang mematikan. Rusia didukung negara-negara Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty Organization (CSTO). Aliansi militer tersebut merupakan kelanjutan dari perjanjian keamanan kolektif yang ditandatangani di Uzbekistan pada 15 Mei 1992.

CSTO merupakan saingan NATO. Dalam CSTO tergabung negara-negara seperti Rusia, Armenia, Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan, Tajikistan, Azerbaijan, Georgia, dan Belarus. Negara-negara tersebut memiliki kesepakatan untuk saling melindungi masing-masing anggota.

Bagaimana dengan China?

China bukan menjadi bagian CSTO. Namun memiliki hubungan bilateral tanpa batas dengan Rusia. Bahkan, China mendukung Rusia menentang ekspansi NATO, karena beranggapan NATO (AS dan Inggris) mengadopsi pendekatan Perang Dingin dalam hubungan internasional.

Presiden China Xi Jinping (AFP)

Namun China belum secara terbuka mendukung Rusia dalam perang dengan Ukraina. Sebaliknya mendesak semua pihak menahan diri.

Namun para ahli meyakini China akan membantu Rusia menghadapi sanksi barat atas deklarasi perang Rusia. Sanksi secara ekonomi tentu akan berdampak terhadap Rusia. Di sana ada peran China dalam menyelamatkan Rusia melalui pinjaman uang ke Moskow. Tentu saja China akan mendukung di belakang layar.

Korea Utara di Posisi Mana?

Berita terpopuler ketiga dunia pada Februari 2022 adalah komunikasi Kim Jong Un dengan Presiden China Xi Jinping.

Dalam komunikasi tersebut, Kim mengajak China untuk bersama-sama menghadapi Amerika Serikat.

Rusia memiliki hubungan yang baik dengan Korut. Bahkan saat Amerika mendesak embargo Korut atas program nuklir Korut, justru Rusia dengan tegas menolak melakukan embargo pada 2017 dulu.

Presiden Korut Kim Jong Un (AFP)

Pada 2021 lalu, China dan Rusia juga telah mendesak PBB untuk meringankan sanksi terhadap Korea Utara. Dua negara tersebut mendesak agar larangan ekspor patung, makanan laut dan tekstil dari Korea Utara agar segera dicabut.

Dari sana dapat dilihat kedekatan dan hubungan harmonis antara Rusia – China – Korea Utara. Namun, Korea Utara saat ini belum menyatakan secara terbuka keberpihakan pada Rusia dalam perang dengan Ukraina. (red)

Foto: Pasukan CSTO (Foto/Sputnik)