KORANNTB.com – Pada awal kemerdekaan Indonesia 1945 memiliki fase yang disebut periode perjuangan diplomasi bangsa Indonesia unt.uk mencari pengakuan dunia atas kedaulatan Indonesia.

Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak serta-merta membawa Indonesia merdeka sepenuhnya. Gejolak datang dari dalam negeri dan luar negeri. Agresi militer Belanda menjadi salah satu tantangan besar kemerdekaan.

Belanda dan beberapa negara sekutunya seperti Inggris belum mendukung kemerdekaan Indonesia.

Strategi diplomasi Indonesia dipimpin Sultan Syahrir berusaha menekan dunia internasional untuk mengaku kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan begitu jatuh bangun. Perundingan demi perundingan dilakukan untuk kedaulatan negara.

Bung Syahrir menganggap satu-satunya cara agar Belanda dapat sepenuhnya mengangkat kaki dari Indonesia adalah dengan campur tangan PBB. Namun tentu saja Indonesia yang baru merdeka belum sepenuhnya dapat melobi PBB yang dipenuhi negara-negara adidaya.

Pada titik yang begitu krusial dalam periode diplomasi Indonesia, angin segar datang dari Republik Sosialis Soviet Ukraina memberikan dukungan bagi Indonesia.

Menteri Luar Negeri Ukraina periode 1944-1952, Dmitry Manuilsky atau Dmytro Zakharovych Manuilsky menjadi orang yang paling gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.

Pada 21 Januari 1946 Dmitry mengajukan masalah Indonesia ke Dewan Keamanan PBB. Dia meminta permasalahan Indonesia-Belanda diselesaikan oleh DK PBB dengan alasan membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.

Dia terus menekan dan mendesak DK PBB sesuai dengan pasal 34 Piagam PBB yaitu menyelidiki setiap pertikaian yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

Utusan Ukraina di PBB Dmitry Manuilsky (sfmuaeum.org)

Sidang PBB 25 Januari 1946 Dmitry mendapatkan dukungan dari Edward Stettinius, utusan Amerika Serikat, dan Abdel Hamid Badawy Pasha, utusan dari Mesir untuk menggelar sidang khusus terkait masalah Indonesia. Sidang itu cukup alot hingga berlangsung selama enam hari mulai 7 hingga 13 Februari 1946.

Perjuangan Dmitry mendapat angin segar saat mendapatkan tambahan dukungan dari delegasi Uni Soviet, Polandia, Mexico, dan Tiongkok. Sementara penentangnya adalah delegasi dari Belanda, Inggris, Perancis, Brazil, dan Amerika Serikat.

Saat persidangan, Dmitry bersikukuh bahwa Indonesia saat ini dalam keadaan bahaya sehingga campur tangan PBB menjadi hal paling penting. Dia juga mengecam agresi militer Belanda ke Indonesia.

Sejak saat itu sengketa Indonesia-Belanda menjadi sengketa internasional sepenuhnya (a full blown International dispute).

Pasca sidang tersebut, negara-negara internasional mulai melihat Indonesia. Dukungan untuk merdeka sepenuhnya pun dapat tercapai.

Kalangan Belanda di London sangat tidak menyukai ikut campur Ukraina pada masalah di Indonesia. Namun Dmitry Manuilsky tidak tinggal diam. Dia mengatakan banyak telegram masuk dari para pejuang Indonesia yang mengabarkan kondisi sebenarnya di Indonesia saat itu.

Upaya Ukraina mendorong kemerdekaan Indonesia sepenuhnya mendapat simpati dan rasa terimakasih rakyat Indonesia. Parade bertuliskan kata-kata “Terimalah Ukraina” ditemui di jalanan.

Tan Malaka mengirimkan kawat surat kepada Dmitry Manuilsky dan Andrei Vyshinsky (delegasi Uni Soviet di PBB) mengucapkan terimakasih dan dukungan dari 70 juta rakyat Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan. (red)