KORANNTB.com – Tim Ekspedisi Sejarah Situs dan Kebudayaan yang dipelopori oleh PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 dihajatkan untuk mengejawantahkan ajaran Bung Karno terkait Jasmerah (Jangan Melupakan Sejarah) di tengah pesatnya kemajuan budaya modern dan teknologi 4.0. Hal ini agar ajaran para leluhur tetap eksis dalam  menopang keberagaman akar budaya berbangsa dan negara.

Tim Ekspedisi Sejarah juga  difokuskan untuk mengungkap dan menelisik sejarah masa lalu dalam scope yang terbatas agar cerita rakyat yang terserak bisa terangkai menjadi satu kesatuan peristiwa kebudayaan besar masa lalu Suku Sasak khususnya yang saling berkaitan nasabnya.

“Ada indikasi kuat cerita rakyat dalam skala kecil tersebut terkesan terabaikan oleh hegemoni sejarah ‘besar’ yang terkesan kurang kuat referensi dalam  menjelaskan  hubungan hulu hilir,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, Kamis, 16 Juni 2022.

Pria yang akrab disapa Didu ini menambahkan inisiatif pembentukan Tim Ekspedisi Sejarah ini sekaligus untuk memberikan edukasi dan pembelajaran guna mereaktualisasikan ajaran nenek moyang lewat penelusuran petilasan/ artefak maupun ragam manuskrip/ catatan kuno yg terserak di berbagai tempat.

“Tim Ekspedisi Sejarah menyakini pasti ada ‘rahasia besar’ yang tersembunyi atau belum terungkap di balik serangkaian penemuan situs atau petilasan di berbagai lokasi di NTB,” ujarnya.

Mantan Direktur Walhi NTB ini menambahkan di balik berbagai kejadian sejarah yang terbungkus dalam mitos atau cerita rakyat yang populer ada pesan yang hendak disampaikan oleh para leluhur, meskipun terkadang mitos/folklore itu kerap tidak masuk akal secara logika karena tidak memiliki sandaran referensi yang kuat.

Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto (kiri) bersama Ketua DPD PDIP NTB, Rachmat Hidayat

“Misalnya dalam konteks asal muasal Desa Besari yang hilang. Ada berbagai versi yang menjadi latar belakang terkait keturunan dan peran kedatuan besari dimasa lalu sebelum dianggap hilang,” ujarnya.

Untuk itu guna memastikan keterkaitan kisah sejarah antar satu wilayah kedatuan dengan yang lain, perlu keterlibatan pemerintah dan arkeolog dalam mengungkapkan  lebih jauh hubungan sebab akibat di balik penemuan berbagai artefak kebudayaan kuno tersebut.

“Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki, Tim Ekspedisi Sejarah akan terus mengekplore berbagai kisah rakyat yang berkembang dalam lingkup terbatas agar mendapat perhatian dan atensi publik yang meluas agar menjadi perhatian serius  stakeholder,” ujarnya.

Kedatuan Benue

Didu menginfokan untuk agenda berikutnya dalam waktu dekat, Tim Ekspedisi Sejarah akan hunting menelisik eksistensi Kedatuan Benue yang diduga berada di Dusun Dasan Lekong, Desa Selebung Lombok Tengah. Hal ini tercermin dari penemuan berbagai artefak dan manuskrip kuno yang di infokan oleh warga setempat kepada tim ekspedisi mistis.

“Menurut keterangan beberapa warga yang mendatangi Tim Ekspedisi, mereka menginginkan tim untuk menelisik lebih jauh peninggalan situs petilasan yang diduga kuat dari kedatuan benue untuk diungkap ke publik,” katanya.

Lebih jauh Didu menjelaskan Tim Ekspedisi juga akan menelusuri lebih jauh menginvestigasi secara faktual  keberadaan masjid kuno yang diduga kuat peninggalan Putera Mahkota Raja Seran II di kawasan Rumbuk Seran, Lombok Timur.

“Nanti akan ada testimoni dari tokoh maupun keturunan rumpun Rumbuk Seran yang mengetahui kronologi ekspedisi Putera Mahkota Raja Seran. Ini untuk menjawab motivasi dan ada apa di Desa Rumbuk saat itu sehingga Putera Mahkota harus menetap di Rumbuk Seran?” katanya. (red)