KORANNTB.com – Dua mahasiswi di salah satu kampus di Kota Mataram, Lombok, melaporkan menjadi korban pencabulan oknum dosen gadungan di Polda NTB.

Atas laporan tersebut, Polda NTB mulai menggelar penyidikan.

Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Artanto, mengatakan awalnya pada Maret 2022 Polda pernah menerima laporan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), namun karena kurangnya bukti, kasus tersebut dihentikan.

Namun, beberapa hari lalu kasus serupa dengan terduga pelaku yang sama kembali dilaporkan. Ini mengindikasikan adanya dugaan kejahatan yang dilakukan pelaku yang sama.

“Dengan adanya laporan yang diterima unit PPA Rabu kemarin, kita akan lakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut,” katanya, Kamis, 30 Juni 2022.

Sebelumnya, Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram), menerima pengaduan pelecehan seksual dengan korbannya puluhan mahasiswi berbagai kampus di Kota Mataram.

Koordinator BKBH Unram, Joko Jumadi, mengatakan lebih dari 10 mahasiswi mendapatkan pelecehan seksual dari seseorang pria berusia berusia 65 tahun.

Modus yang digunakan pelaku adalah berpura-pura menjadi dosen, dan mengaku dapat membantu mahasiswi yang sedang menyelesaikan skripsi untuk dipermudah.

“Jadi modusnya membantu mahasiswi yang sedang menyusun skripsi untuk mempermudah mereka agar segera ujian,” kata Joko.

Pelakunya seorang pria yang mengaku dosen di salah satu kampus swasta. Namun setelah dicek, ternyata oknum tersebut bukan dosen di sana, dan hanya lulusan pendidikan guru agama (PGA).

“Modusnya menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Mataram, dengan gelar sarjana hukum,” ujarnya.

Oknum yang mengaku dosen kerapkali membawa mahasiswi di rumahnya. Dia memberikan minuman yang diduga obat perangsang untuk melakukan kejahatan terhadap mahasiswi yang masuk dalam perangkap.

“Korban diberikan minuman di rumahnya yang diduga obat perangsang. Dari sana dia mulai melakukan pelecehan,” kata Joko.

Selain mengaku sebagai dosen dan siap membantu skripsi dengan dalih bisa melobi kampus untuk menyelesaikan skripsi korbannya. Oknum tersebut juga mengaku sebagai dukun yang bisa menyembuhkan mahasiswi yang sakit, sekaligus sebagai psikolog.

“Jadi modusnya tidak hanya sebagai dosen saja. Kadang modusnya bisa menyembuhkan orang, dan menjadi psikolog,” katanya.

“Dari puluhan mahasiswi berbagai kampus di Mataram, empat korban mengaku diperkosa,” katanya. (red)