KORANNTB.com – Gempa bumi di Karangasem Bali, Selasa, 13 Desember 2022 bersumber dari Sesar Naik Flores atau dikenal dengan Flores back arc thrust.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, dalam keterangan tertulis, mengatakan gempa Karangasem merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat Sesar Naik Flores.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” katanya.

Gempabumi tersebut berdampak dan dirasakan di daerah Karangasem dengan skala intensitas III-IV MMI. Kekuatan tersebut diilustrasikan akan dirasakan banyak orang di dalam rumah.

Link Banner

Daerah lain seperti Mataram, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Barat,  dengan skala intensitas III MMI atau diilustrasikan getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.

Kemudian dirasakan juga di Tabanan, Kuta, Buleleng, Lombok Timur dengan skala intensitas II MMI atau diilustrasikan getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Sudah terjadi 21 gempa bumi susulan pasca gempa pertama. Namun gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Dilaporkan ada 4 rumah rusak di Dusun Baturinggit Kelod, Desa Baturinggit. Satu rumah rusak di Dusun Pagubugan, Desa Manggis. Terdapat 1 Rumah Sakit rusak (Balimed Karangasem). Namun demikian, tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut.

Ganasnya Sesar Naik Flores

Gempa bumi 2018 di Lombok dengan ribuan gempa bumi susulan juga bersumber dari aktivitas sesar naik di bagian utara Pulau Lombok. Sesar tersebut juga bagian dari Sesar Naik Flores.

Disebut sesar naik karena mekanisme zona sesar yang memiliki pergerakan naik atau thrust fault. Sementara dinamakan Sesar Naik Flores karena lokasinya berada di utara atau bagian belakang dari zona subduksi Lempeng Indo-Australia.

Dilansir dari kompas.com, ada beberapa segmen Sesar Naik Flores yang rawan terjadi gempa dan cukup aktif.

Beberapa segmen tersebut di antaranya segmen Lombok-Sumbawa sepanjang 310 km, segmen Bali sepanjang 84 kilometer, segmen Nusa Tenggara Timur sepanjang 236 kilometer, segmen Wetar sepanjang 216 kilometer, segmen Nusa Tenggara Barat sepanjang 217 kilometer, dan segmen Nusa Tenggara Tengah sepanjang 173 kilometer.

Sesar Naik Flores lebih galak dari zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang ditakuti menyimpan kekuatan gempa besar yang dapat memicu tsunami jika energi diakumulasikan. Alasannya, selain karena zona subduksi relatif sangat tua, Sesar Naik Flores lebih aktif karena tekanan coupling atau subduksi landai dari Flores Thrust ke bawah Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) lebih kuat. Itu dijelaskan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Masih diwartakan kompas.com, slab Lempeng Indo-Australia memiliki sudut tukik curam karena umurnya yang sudah tua, sehingga tekanan coupling dengan busur vulkanik Kepulauan Sunda Kecil lebih lemah dan jika patah maka gempanya tidak besar. Itu yang menjadi alasan sangat jarang sekali gempa bersumber dari Lempeng Indo-Australia.

Gempa Flores 1992 menjadi contoh keganasan Sesar Naik Flores. Gempa berkekuatan 7,5 magnitudo menghancurkan dan memicu tsunami. Bahkan di sisi timur Pulau Flores atau tepatnya di Desa Riangkroko, ketinggian tsunami mencapai 26,2 meter yang menutupi desa tersebut dan menewaskan sedikitnya 137 orang.

Pada grafik foto yang diunggah Daryono melalui Twitter, dijelaskan sudah banyak sekali terjadi gempa yang bersumber dari Laut Flores. Gempa-gempa tersebut menelan banyak korban jiwa.

Daryono menjelaskan, Sesar Naik Flores adalah struktur geologi yang terbentuk akibat penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia. Penunjaman tersebut berlangsung ribuan hingga jutaan tahun silam. Akibat dari itu, muncul Sesat Naik Flores sebagai respon tektonik dari penunjaman lempeng tersebut. (red)

Foto: ilustrasi dasar laut (ist)