KORANNTB.comMusim kemarau telah masuk di Indonesia dengan perkiraan mulai Juli hingga Agustus 2023. NTB juga telah melewati transisi ke musim kemarau yang ditandai tidak ada hujan beberapa pekan belakangan.

Namun belakangan ini justru hujan terus mengguyur NTB dan bahkan menyebabkan bencana banjir yang merendam lima desa di Kecamatan Lunyuk, Sumbawa.

Berdasarkan keterangan BMKG, penyebab hujan beberapa hari belakangan ini karena adanya dinamika atmosfer, sebuah fenomena yang menyebabkan hujan turun di musim kemarau.

Disadur dari detikcom, dinamika atmosfer adalah yang memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan. Itu terjadi di antaranya karena adanya aktivitas gelombang Rossby ekuatorial dan Kelvin di sekitar wilayah Indonesia.

Masih dalam sumber yang sama, dijelaskan Gelombang Rossby adalah gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah ekuator dengan periode kurang dari 72 hari. Gelombang Rossby umumnya bisa bertahan 7-10 hari di wilayah Indonesia.

Sedangkan gelombang Kelvin adalah gelombang atmosfer yang memiliki arah perambatan ke arah timur. Namun, periode gelombang Kelvin jauh lebih pendek yaitu 2,5 hingga 20 hari.

Dua hal tersebut yang memicu pertumbuhan awan hujan, sehingga terjadi hujan di musim kemarau di beberapa wilayah Indonesia. Selain itu, ditemukan pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian utara karena kehadiran pola sirkulasi di sekitar Laut China selatan dan utara Sulawesi bisa ikut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.

Potensi Hujan di NTB

Sumber BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid mengatakan potensi cuaca buruk di NTB masih terus terjadi pada 8 Juli 2023 hingga 10 Juli. Potensi hujan disertai petir masih dapat terjadi di wilayah NTB.

Pada 9 Juli potensi hujan terjadi di seluruh Pulau Lombok, Sumbawa, Sumbawa Barat dan Dompu. Kemudian pada 10 Juli potensi hujan terjadi di Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat dan Dompu.

Potensi kecepatan angin juga terjadi di NTB yang disertai hujan dan petir. “Waspada potensi peningkatan kecepatan angin di wilayah NTB serta potensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada siang hingga malam hari,” tulis sumber BMKG.

Selain itu potensi gelombang tinggi lebih dari 2 meter juga dapat terjadi di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian utara dan selatan, Selat Sape bagian selatan dan Samudra Hindia Selatan NTB. (red)