KORANNTB.com – Pemerintah Belanda meminta maaf kepada Indonesia atas penjajahan yang dilakukan pada era kolonialisme. Sebagai tindaklanjut komitmen permintaan maaf tersebut, Belanda akan mengembalikan “harta karun” milik Lombok berupa permata, batu mulia, emas dan perak.

Belanda akan mengembalikan artefak Lombok berupa 230 kilogram emas, 7.000 perak dan permata yang tak terhitung jumlahnya yang sebelumnya tersimpan pada sebuah museum di Amsterdam Belanda.

Belanda kini akan memulangkan hasil jarahan tersebut. Namun tidak hanya milik Lombok, ada juga empat arca dari Singasari di Kabupaten Malang dan keris dari Klungkung Bali serta 132 benda seni moderen milik Bali yang akan dikembalikan.

Pada Agustus mendatang “harta karun” tersebut akan tiba ke Indonesia, karena saat ini Indonesia dan Belanda masih menyelesaikan kesepakatan soal pemulangan. Langkah ini merupakan kerjasama Belanda dan Indonesia.

Penjarahan harta milik Lombok bermula dari ekspedisi Belanda ke Lombok berkekuatan 107 perwira dan 2268 orang, termasuk sebanyak 1320 orang Eropa dan squadron kavaleri.

Pasukan tiba di Ampenan pada 5 Juli 1894 dan berlanjut pada dua hari memasuki Ampenan tanpa perlawanan. Dari sana mulai muncul strategi dan peperangan. Peperangan di Lombok tak dapat terhindari saat penjajah mulai menargetkan kerajaan di sana. Tidak hanya menyisakan korban jiwa, namun harta berharga kerajaan turut dijarah dan dibawa ke negara mereka.

Belanda Ketakutan

Tim Ekpedisi Mistis PDIP NTB dan M16 merasa curiga langkah Pemerintah Belanda untuk mengembalikan harta milik Kerajaan Mataram di Lombok itu karena takut dengan gerakan-gerakan Tim Ekpedisi PDIP – M16 yang selalu konsen melacak jejak-jejak sejarah Sasak Lombok, termasuk melacak harta karun milik Lombok.

Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto mengatakan ada kemungkinan Belanda merasa ketakutan terhadap strategi jangka panjang Tim Ekspedisi yang terus melacak puing-puing sejarah masa lalu Lombok.

“Bisa jadi Belanda ketakutan terhadap strategi jangka panjang Tim Ekpidisi. Mereka mlihat ekspedisi ini punya jangkauan panjang dan mereka hitung dampaknya,” kata Didu sapaan akrab Direktur M16, Jumat, 14 Juli 2023 di Mataram.

Didu mengatakan jika Belanda memang memiliki niat mengembalikan benda-benda peninggalan kerajaan di Lombok, seharusnya telah lama dilakukan. Namun disinyalir Belanda ketakutan dengan langkah Tim Ekspedisi PDIP NTB – M16 yang terus menerus bergerak mencari bekas-bekas sejarah Lombok dan mempublikasikan secara masif melalui media nasional dan daerah.

“Dari dulu kenapa tidak dibalikan? Kok saat Tim Ekspedisi intens menelusuri sejarah Lombok baru Belanda mau mengembalikan. Ruwet juga Belanda ini,” ujar Didu.

Didu mengatakan Tim Ekspedisi akan tetap konsisten bekerja meneluri sejumlah tempat di Lombok yang memiliki bekas-bekas sejarah Lombok untuk ditarif benang merahnya terhadap masa lalu dan kebudayaan Lombok yang begitu besar. Bahkan melakukan penelusuran dengan segala sarana mulai dari paranormal hingga ahli sejarah.

Berawal dari Mitos

Ketua Tim Ekspedisi PDIP NTB – M16, Ruslan Turmuzi mengatakan penelusuran Tim Ekspedisi berawal dari mitos maupun cerita rakyat atau folklore masyarakat setempat yang ditelusuri dan ditemukan sejumlah bukti mendukung folklore tersebut.

“Misalnya mitos Desa Besari di Lombok Utara yang hilang. Itu awalnya hanya sebatas mitos. Tetapi saat kita turun, kita temukan sejumlah bukti benda-benda masa lalu yang diyakini milik Desa Besari dan kini dimuseumkan oleh warga setempat,” jelasnya.

Artinya kata Ruslan, untuk menelusuri peradaban Lombok tidak semata hanya dari bukti-bukti yang sudah ada, tetapi dari berbagai lini termasuk mitos. Terlebih lagi tidak ada literasi yang cukup yang mengulas sejarah Lombok, sehingga ekpedisi oleh Tim Ekspedisi ini sangat cukup berat dan menantang.

Begitu juga dengan kisah di Benue Lombok Tengah, di mana dahulunya hanya dianggap mitos, namun kini terungkap memiliki jejak kedatuan sendiri (Kedatuan Benue) yang hingga saat ini diyakini oleh masyarakat dan memiliki sejumlah bukti peninggalan.

Ruslan melihat ada kecendrungan kuat keanekaragaman khazanah warisan budaya tradisional  para leluhur Lombok banyak terdiaspora atau terserak menjadi rangkaian cerita rakyat menjadi pengetahuan terbatas pada sub kultur kedatuan.

Hal ini karena rangkaian folklore (cerita rakyat) itu hanya  terkomunikasikan pada lingkup tatanan sosial komunitas budaya/tradisi terdekat. Selain itu kuat dugaan tidak meluasnya cerita rakyat karena  kurang masifnya ‘syiar’ keluar kedatuan, selain terkendala alat transportasi yang terbatas serta tehnologi yang belum berkembang.

Ruslan juga berharap peran pemerintah pusat dan daerah untuk turut membantu dengan melakukan ekskavasi lokasi-lokasi yang diduga kuat menyimpan artefak maupun bukti-bukti sejarah Lombok.

“Kita berharap baik pemerintah pusat maupun daerah dapat membantu melakukan ekskavasi pada tempat-tempat yang diduga menyimpan bukti-bukti sejarah, baik artevak atau logam mulia,” katanya.

Harta Karun

Sekretaris Tim Ekspedisi PDIP NTB – M16, Ahmad Amrullah mengatakan Tim Ekspedisi juga akan menelusuri kisah sejarah masa lalu terkait kolonialisme oleh bangsa asing terhadap Lombok.

“Kenapa itu penting, karena ada indikasi kuat mereka melakukan penjarahan terhadap artevak Lombok,” katanya.

Itu baginya sangat memungkinkan untuk terjadi, karena kisah-kisah kolonialisme di Lombok banyak yang belum diungkap secara transparan.

“Hal ini dimungkinkan karena ada sejumlah kisah sejarah yg pernah berlangsung tapi tidak diungkap secara transparan,” ujarnya.

Amrullah menduga kuat Lombok menyimpan banyak misteri besar soal harta peninggalan sejarah kerajaan masa lalu yang kini belum dapat diungkap.

“Kita menduga kuat bahwa Lombok menyimpan misteri besar tentang harta peninggalan sejarah kerajaan masa lalu yang belum tersibak, karena belum ditemukan pemegang kunci atas benda benda bernilai tersebut,” ujarnya.

Dia mengatakan folklore yang berkembang menyimpan misteri besar yang harus terus dipecahkan.

“Di balik ungkapan-ungkapan pada folklore maupun simbingan (simbolisasi) tersebut tersimpan misteri besar tentang Lombok yang harus dipecahkan,” katanya.

Warisan Generasi

Pembina Tim Ekpedisi Sejarah, H. Rachmat Hidayat mengatakan langkah PDIP NTB ini sebagai bentuk konsistensi untuk menjaga budaya dan sejarah masyarakat Lombok.

“Ini akan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita ke depan. Kita harus mewarisi khazanah budaya dan sejarah Lombok terhadap generasi masa depan,” kata Rachmat.

Dia mengatakan, di tengah menguatnya arus globalisasi yang membawa budaya asing masuk ke Indonesia, tentunya generasi harus diperkuat dengan pemahaman mereka tentang tradisi dan budaya masyarakat Sasak Lombok.

Sejarah Lombok menjadi warisan yang berharga terhadap generasi untuk dijaga dan dirawat.

“Karena generasi muda kita yang dapat menjaga tradisi kita di tengah masuk secara masif budaya-budaya barat yang datang melalui arus globalisasi serta teknologi. Kebudayaan kita akan menjadi tamengnya,” ujarnya. (red)