6 Dampak Buruk Teknologi AI, Salah Satunya Bikin Presiden Ukraina Meradang
KORANNTB.com – Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di Indonesia masih tergolong baru. Kemunculan AI disebut dapat membantu orang lebih mudah dalam mengerjakan sesuatu.
Belakangan ini marak sekali di negara-negara moderen telah menggunakan AI, bahkan di sektor transportasi AI sudah digunakan, terbukti dengan adanya mobil tanpa sopir dan ke depan tidak mustahil akan muncul pesawat penumpang tanpa awak.
Sementara di Indonesia, perkembangan AI baru masuk pada AI berbasis chat GPT atau kecerdasan buatan dengan format percakapan.
Namun di balik kecanggihan AI tersebut, terdapat sejumlah persoalan yang menjadi PR untuk teknologi tersebut saat ini.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2023 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Bandung, Selasa, 23 Agustus 2023, mengatakan memang kehadiran AI memiliki risiko hilangnya beberapa pekerjaan, namun tidak perlu dikhawatirkan, karena meskipun pekerjaan lama hilang kehadiran AI membawa pekerjaan atau profesi baru.
“Dulu sebelum radio muncul tidak ada yang memikirkan adanya pekerjaan menjadi penyiar radio. Kita enggak perlu khawatir begitu banyak pekerjaan hilang. Dalam sejarah industri ada pekerjaan yang hilang tapi ada juga yang bertambah (muncul),” katanya.
Namun dia mengatakan saat ini teknologi AI masih memiliki dampak yang buruk dan belum disempurnakan. Sedikitnya ada enam masalah yang menjadi PR perkembangan AI ke depan.
Perkembangan AI di dunia tercatat memiliki 26 kali kejadian insiden. Itu terjadi sejak 2022 yang dihimpun oleh data AI, Algorithmic, and Automation Incident and Controversies (AIAAIC).
Insiden paling heboh adalah kehadiran DeepFake yang menimpa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Itu menjadi insiden paling signifikan di mana ada sebuah video yang menampilkan sosok wajah Zelenskyy lengkap dengan suara Zelenskyy mengaku menyerah kepada Rusia. Ini sangat menggemparkan dan terbukti bahwa video tersebut palsu atau diedit menggunakan program AI yang meniru wajah dan suara orang.
Ada juga seseorang warga yang menggugat perusahaan teknologi AI GPT karena dirinya mengaku dibully oleh AI. Bahkan ada juga wanita yang digunakan wajahnya dan ditampilkan dalam video dewasa seakan-akan dia adalah pemerannya.
Berikut ini adalah enam dampak AI yang disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria.
- Kesalahan dan Misinformasi (Halusinasi)
AI masih berpotensi terjadi kesalahan hasil analisis yang mengakibatkan misinformasi, kekeliruan pemberian informasi tanpa niatan jahat.
- Privasi dan Kerahasiaan
Teknologi AI memerlukan akses data dan informasi untuk memberi hasil analisis berdasarkan permintaan pengguna. Data dan informasi yang tersimpan dapat melanggar perlindungan privasi dan kerahasiaan suatu entitas.
- Disinformasi, Toxicity dan Ancaman Siber
Kejadian ini seperti dialami Presiden Ukraina. Kemampuan AI untuk mengolah informasi dalam bentuk gambar dan video yang seolah nyata dapat menimbulkan disinformasi, toxicity dan ancaman siber.
- Perlindungan Hak Cipta
AI dapat mengakses informasi dan data yang dapat melanggar hak cipta orang lain.
- Warisan Bias dalam Inplementasi AI
Informasi dan data yang diperoleh AI adalah olahan manusia, sehingga dapat terjadi bias. Akibat hasil olahan data mengandung bias dan bahkan diskriminatif. Fatalnya lagi jika informasi dan data yang diambil AI merupakan data atau informasi palsu.
- Pemahaman Nilai Kemanusian dan Tantangan Perintah
AI memerlukan kemampuan menerjemah perintah pengguna agar dapat bermanfaat secara produktif. Selain pemberian perintah yang jelas, batasan bantuan AI yang bersifat harmiess dan helpful perlu diatur.