KORANTB.com – Sembilan kecamatan di Nusa Tenggara Barat (NTB) masuk dalam level ‘awas’ kekeringan yang dirilis oleh BMKG Stasiun Klimatologi NTB. Dari sembilan kecamatan tersebut berada di lima kabupaten dan kota.

Masing-masing wilayah terdampak kekeringan level ‘awas’ adalah Kecamatan Sambelia dan Pringgabaya di Lombok Timur, Kecamatan Bayan di Lombok Utara, Kecamatan Utan, Buer dan Moyo Utara di Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Palibelo di Kabupaten Bima dan Kecamatan Rasanaer Timur dan Asakota di Kota Bima.

Sementara wilayah yang masuk ancaman kekeringan level ‘siaga’ adalah Kecamatan Kilo, Manggalewa, dan Woja di Kabupaten Dompu, Kecamatan Donggo, Lambitu, Soromandi, dan Wawo di Kabupaten Bima, Kecamatan Raba, dan Mpunda di Kota Bima, Kecamatan Mataram di Kota Mataram, Kecamatan Batu Layar, Gerung, Lembar, dan Narmada di Lombok Barat.

Kemudian, Kecamatan Batukliang, Janapria, dan Praya Barat di Lombok Tengah, Kecamatan Kecamatan Jerowaru, Labuhan Haji, Sakra Barat, Sembalun, Sikur, Suela, dan Sukamulia di Lombok Timur, Kecamatan Gangga, Pemenang, dan Tanjung di Lombok Utara, Kecamatan Alas, Batulanteh, Moyohulu, Orong Telu, Sumbawa, dan Unter Iwes di Kabupaten Sumbawa dan Kecamatan Brang Ene, Brang Rea, Jereweh, Maluk, Poto Tano, dan Taliwang di Kabupaten Sumbawa Barat.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB, Nindya Kirana mengatakan Hari Tanpa Hujan Berturut-turut (HTH) di NTB masuk dalam kategori sangat panjang (31-60 hari) dan bahkan ada wilayah yang masuk kategori ‘ekstrem panjang.’

“HTH NTB masuk kategori sangat panjang, namun terdapat beberapa titik yang termonitor dalam kategori ‘Ekstrem Panjang’ (>60 hari) yaitu di pesisir utara Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa, serta sebagian wilayah Kota Bima,” katanya, Kamis, 31 Agustus 2023.

HTH terpanjang tercatat di pos hujan Asakota Kolo, Kota Bima selama 124 hari tanpa hujan.

Dia mengimbau masyarakat di NTB untuk bijak menggunakan air dan mewaspadai terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan.

“Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi musim kemarau yang mulai memasuki wilayah NTB khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan,” katanya.