Dilanda IOD

Selain dilanda El Nino, Indonesia juga mengalami fenomena Indian Ocean Dipole (IOD).

Kepala BMKG Dwikorita mengatakan IOD semakin menguat ke arah positif, sehingga kemarau hampir mirip dengan yang terjadi pada 2019.

Jika El Nino berasal dari Samudra Pasifik, maka IOD berasal dari Samudra Hindia. Pola sirkulasi atmosfer di kedua samudra ini menyebabkan variabilitas cuaca dan iklim di Indonesia.

IOD adalah selisih suku muka air laut di Samudra Hindia bagian barat seperti Laut Arab dan timur Afrika dengan Samudra Hindia bagian timur yaitu sekitar Indonesia bagian barat. Atau dengan kata lain IOD dapat diartikan suatu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut dalam periode tidak teratur yang melibatkan perubahan antara fase-fase suhu hangat dan dingin, terutama mempengaruhi bagian barat dan timur samudra tersebut.

Ada tiga fase IOD yaitu netral, positif dan negatif. Berikut penjelasannya:

Fase Netral: Terjadi apabila beda suhu laut antara Samudra Hindia bagian barat dan timur (Indonesia) berada pada kisaran -0,4 hingga 0,4 derajat celcius.

Fase Positif: Angin dari barat melemah dan ditandai suhu muka laut Samudra Hindia bagian barat lebih hangat dari bagian timur (Indonesia). Pada kondisi ini menyebabkan wilayah bagian timur termasuk Indonesia menjadi lebih kering. Sehingga mengurangi intensitas hujan di Indonesia.

Fase Negatif: Suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat lebih dingin dibandingkan timur (Indonesia). Fase negatif memberikan dampak wilayah Indonesia bagian barat dan Australia berupa suplai uap air yang mendukung proses pembentukan awan hujan.

Sayangnya saat ini IOD di Indonesia dalam kategori positif atau sangat kering. Itu diperparah juga dengan El Nino moderat yang sangat kering. Sehingga Indonesia mengalami kemarau panjang.

IOD dan El Nino Sama

IOD dan El Nino memiliki kesamaan, hanya saja beda samudra. IOD di Samudra Hindia atau barat Indonesia dan El Nino (ENSO) di Samudra Pasifik bagian tengah atau di timur Indonesia.

Kedua fenomena ini sama-sama berkaitan dengan asosiasi suhu muka air laut yang mempengaruhi cuaca dan iklim.

Musim kemarau panjang di Indonesia dipengaruhi oleh dua fenomena ini yang muncul sekaligus.

Musim Hujan di NTB

Musim hujan di NTB diprediksi akan terjadi pada pertengahan November 2023. Namun itu hanya 30 persen wilayah yang diguyur hujan. Masuk pada Desember 2023 baru 70 persen wilayah NTB yang akan diguyur hujan.

El Nino mulai lemah diprediksi pada awal tahun 2024. Sehingga di awal tahun nanti musim hujan akan kembali normal seperti sebelumnya.