KORANNTB.com – Pertumbuhan ekonomi NTB pada 2023 sangat kurang memuaskan.  Dari triwulan 1-3 pertumbuhan ekonomi NTB selalu di bawah pertumbuhan nasional. Padahal dua provinsi paling dekat dengan NTB, yaitu Bali dan NTT justru tumbuh jauh lebih baik di atas lima persen.

Ini sangat kontras sekali dengan petumbuhan ekonomi NTB pada 2022, di mana NTB masuk peringkat 4 dengan pertumbuhan ekonomi 2022 berdasarkan data BPS RI. Pertumbuhan ekonomi NTB sebesar 6,95 persen di atas angka nasional. Pertumbuhan ekonomi NTB pada 2022 jauh melampaui Bali dan NTT. Selengkapnya dapat dibaca di sini.

Fakta tersebut diungkap dalam Konsultasi Regional Produk Domestik Regional Bruto (Konreg PDRB) se-Regional Jawa Bali dan Nusa Tenggara yang diselenggarakan belum lama ini. Acara tersebut membahas mengenai dinamika perekonomian lintas Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Direktur Neraca Pengeluaran BPS RI, Pipit Helly Sorayan menjelaskan sangat penting untuk mengejar bangkitnya perekonomian NTB pasca pandemi Covid 19. Apalagi dengan kondisi pertumbuhan ekonomi NTB pada tahun 2023 yang kurang memuaskan.

Pipit menekankan perlunya konektivitas perdagangan antara Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dia mencontohkan konektivitas perdagangan Jawa dapat menjaga stabilitas harga.

“Untuk wilayah Pulau Jawa konektivitas perdagangannya sudah baik. Konektivitas ini sangat penting untuk menjaga kestabilan harga. Sebagai contoh adalah harga cabai yang fluktuatif cukup tinggi. Kadang harganya mencapai 90 ribu/kilo dan jika sedang panen raya akan mencapai level harga yang rendah (10 ribu/kilo),” katanya saat itu.

Fluktuatifnya harga diakibatkan rendahnya pendistribusian hasil produksi lokal. Jika pasokan barang yang dihasilkan bisa didistribusikan merata ke wilayah lain, maka harga komoditas pertanian akan cenderung stabil. Stabilnya harga komoditas pangan akan menciptakan iklim usaha pertanian yang baik. Para petani tidak akan dihantui dengan harga anjlok akibat panen raya.

Maju Melaju yang Belum Laju

Jargon NTB Maju Melaju yang digagas Pj Gubernur NTB tampaknya belum dapat efektif berjalan di tengah masyarakat. Kondisi pertumbuhan ekonomi NTB masih jauh dari provinsi tetangga.

Belum terdengar juga kesuksesan Program Jumat Salam yang mengharuskan para pejabat turun melihat kondisi masyarakat di NTB, kecuali beroforia dengan menampilkan pejabat berjoget.

Justru program lama seperti NTB Care yang terlihat masih efektif berjalan mengatasi segala persoalan di masyarakat dan menyerap aduan masyarakat secara online. Idealnya, NTB Care yang perlu dikembangkan lebih baik lagi, karena aduan masyarakat bisa datang kapan saja tanpa mengharuskan pejabat turun ke lapangan dan melaporkan kondisi di lapangan ke pimpinan.

Kembali pada Konreg PDRB, pembangunan ekonomi yang inklusif bisa terlaksana dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.

Jika berbicara potensi wilayah yang dimiliki, NTB kaya akan sumber daya alam. NTB memiliki keindahan pantai yang bisa menjadi destinasi wisata unggulan. NTB juga menghasilkan mutiara berkelas. NTB juga memiliki Sirkuit Mandalika yang bertaraf internasional. Namun sayang beberapa aspek tersebut belum optimal digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sedikitnya, itu menjadi poin dalam Konreg PDRB se-Regional Jawa Bali dan Nusa Tenggara yang diselenggarakan belum lama ini.