Banyak Insiden di Gunung Rinjani, Tokoh Adat Minta Gelar Ritual
KORANNTB.com – Insiden pendaki terjatuh di Gunung Rinjani sudah empat kali terjadi sepanjang September – Oktober 2024. Seorang turis asal Irlandia terjatuh di Letter E Gunung Rinjani, Rabu pagi, 9 Oktober 2024. Warga Negara Asing (WNA) yang diidentifikasi bernama Farrel Paul (31) jatuh saat hendak menuju puncak Rinjani. Beruntung korban tidak mengalami luka serius dan berhasil dievakuasi.
Insiden ini menambah daftar insiden pendaki di Gunung Rinjani kurun waktu September-Oktober 2024.
Pada Kamis, 12 September 2024 pendaki asal Rusia Mordovina Alexandra (44) dilaporkan hilang di Gunung Rinjani. Hingga saat ini pendaki diduga ilegal itu belum ditemukan.
Kemudian pada 3 Oktober lalu seorang pendaki ilegal lagi-lagi asal Rusia terjatuh di Pos 2 Jalur Sembalun. Pendaki tersebut menggunakan jalur tikus untuk naik guna menghindari pemeriksaan petugas. Beruntung korban dapat diselamatkan dalam kondisi patah tulang.
Pada Selasa, 8 Oktober 2024 kemarin, jenazah Kaifat Rafi Mubarok (16) pendaki asal Jakarta ditemukan di bawah tebing kaldera oleh Tim SAR gabungan. Korban terjatuh dari atas tebing yang memiliki ketinggian ratusan meter pada Minggu, 29 September 2024.
Gelar Ritual
Melihat banyaknya insiden yang menimpa pendaki di Gunung Rinjani akhir-akhir ini, Tokoh Adat Sasak Lombok, Lalu Putria atau lebih populer dengan julukan Raja Siledendeng meminta agar pemangku kebijakan menggelar ritual di Gunung Rinjani.
“Harus diadakan ritual, kalau berkali-kali terjadi kejadian atau kecelakaan harus dilakukan ritual Nede Rahayu Ayuning Jagat atau mohon keselamatan untuk jagatraya beserta isinya,” katanya, Kamis, 10 Oktober 2024.
Ritual tersebut seperti mempersembahkan sesajenan berupa makanan tujuh jenis, buah tujuh jenis dan air dengan kembang tujuh jenis.
“Ingat di jagat raya Rinjani ada juga yang tak terlihat, mau percaya atau tidak,” ujarnya.
Lalu Putrie mengatakan era saat ini sudah jauh dari tradisi karena sering tradisi dibenturkan dengan agama. Padahal tradisi yang dimaksud memohon pertolongan kepada Tuhan, bukan kepada setan.
“Tradisi kita ini untuk memohon pertolongan kepada Allah SWT, bukan kepada jin siluman,” katanya.
“Ada ritual-ritual yang harus dilaksanakan. Dulu orang menebang pohon dikasi tanda sembek, maksudnya orang yang menebang harus menanam lagi paling kurang satu pohon di sana,” ujarnya.
Pun demikian dengan pendaki yang ingin masuk Gunung Rinjani, selain menyiapkan perbekalan dan fisik yang baik, disarankan untuk mengikuti ritual yang disebut Sembek Seletek.
Sembek atau tanda diberikan melalui ritual kecil oleh seorang mangku gunung atau orang sakti yang memiliki kemampuan di bidang klenik.
“Begitu juga kalau mau masuk gunung, masuk hutan ada ritualnya. Pendaki dulu kita dianjurkan ada Sembek Seletek dari mangku gunung. Ini penting untuk keselamatan siapapun yang masuk hutan maupun naik gunung,” katanya.
Maksud dari Sembek Seletek adalah pendaki meminta izin untuk naik gunung dan diberikan perlindungan oleh Tuhan.
“Kita betabek (permisi), kulunuwun, asalamualaikum, nurge maksudnya itu,” ujarnya.
Dia menjelaskan dalam adat Sasak Lombok, ada ajaran Pandite Telu yang mengatur; adat game atau hubungan manusia dengan Tuhan, adat tapsile atau hubungan manusia dengan manusia dan adat luwir game yang mengatur keselarasan manusia dengan alam beserta isinya.
“Jadi berkiatan dengan itu, ini yang dimaksud adat luwir game yang mengatur keselarasan manusia dengan alam semesta beserta isinya,” kata dia.