Isi Pidato Perdana Presiden Prabowo Subianto
Kita diberi karunia oleh Tuhan, tanaman-tanaman yang membuat kita bisa tidak tergantung dengan bangsa lain. Tanaman seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin, kita juga punya singkong tebu sagu jagung dan lain-lain, kita juga punya energi bawah tanah geothermal yang cukup, kita punya batubara yang sangat banyak kita punya energi dari air yang sangat besar. Pemerintah yang saya pimpin nanti akan fokus untuk mencapai swasembada energi. Kita juga harus mengelola air dengan baik, Alhamdulillah, kita punya sumber air yang cukup dan kita sudah punya teknologi menghasilkan air yang murah dan yang bisa memenuhi kebutuhan kita.
Juga semua subsidi bantuan kepada rakyat kita yang masih dalam keadaan susah harus kita yakin subsidi itu sampai kepada mereka yang membutuhkan. Kita harus berani meneliti dan kalau perlu kita rubah subsidi itu harus kepada langsung keluarga yang membutuhkan. Dengan teknologi digital kita akan mampu sampai subsidi itu sampai ke setiap keluarga yang membutuhkan. Tidak boleh aliran-aliran bantuan itu tidak sampai ke mereka yang butuh itu. Anak-anak kita semua harus bisa makan bergizi minimal satu kali sehari dan itu akan kita lakukan dan itu bisa kita lakukan.
Selain itu, menjamin melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati kemakmuran yang sebenernya kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki. Nilai tambah dari semua komoditas itu harus menambah kekuatan ekonomi kita sehingga rakyat kita bisa mencapai tingkat hidup yang sejahtera. Seluruh komoditas kita harus bisa dinikmati oleh sleuruh rakyat Indonesia. Saya sudah katakan kita harus berani menghadapi dan memberantas korupsi dengan perbaikan sistem dengan penegakan hukum yang tegas dengan digitalisasi Insya Allah, kita akan kurangi korupsi secara signifikan.
Tapi ini harus kita lakukan seluruh unsur pimpinan harus memberi contoh Ing Ngarsa Sung Tuladha. Ada pepatah yang mengatakan kalau ikan menjadi busuk, busuknya mulai dari kepala. Semua pejabat dari semua eselon dari semua tingatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang sebersih-bersihnya. Mulai contoh dari atas dan sesudah itu penegakan hukum yang tegas dan keras.
Semua kita percaya dan yakin kita punya kekuatan menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia ini sasaran berat bahkan banyak yang mengatakan ini sesuatu yang tidak mungkin. Pemimpin yang berani dan baik akan terpanggil untuk menghadapi yang tidak mungkin dan mencari jalan agar yang tidak mungkin kita atasi. Bangsa yang berani adalah bisa membikin yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Di tengah cita-cita yang begitu besar dan diidam-idamkan, kita perlu suasana kebersamaan, persatuan, kolaborasi kerja sama, bukan cekcok yang berkepanjangan. Kita perlu pemimpin-pemimpin yang tidak caci maki, yang arif, bijaksana, mengerti dan cinta budaya dan sejarah bangsa sendiri yang bangga dengan adab tradisi dan adat bangsa kita sendiri. Kita dari sejak dahulu memikirkan kehendak dari para pendiri bangsa kita ingin menjadi bangsa yang berdemokrasi, kita menempatkan kedaulatan rakyat setinggi-tingginya dalam dasar negara kita Pancasila kerakyatan merupakan sendi utama dari kelima sila yang kita junjung tinggi.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawawaratan perwakilan. Kita menghendaki kehidupan demokrasi tapi marilah kita sadar bahwa demokrasi kita harus demokrasi yang khas untuk Indonesia, yang cocok utk bangsa kita, demokrasi yang berasal dari sejarah dan budaya kita, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, demokrasi dimana berbeda pendapat harus tanpa permusuhan. Demokrasi dimana mengoreksi harus tanpa caci maki bertarung tanpa membenci bertanding tanpa berbuat curang, demokrasi kita harus demorasi yang menghindari kekerasan, adu domba, hasut menghasut, harus yang sejuk, demokrasi yang damai, demokrasi yang menghindari kemunafikan.
Hanya dengan persatuan dan kerja sama kita akan mencapai cita-cita para leluhur, bangsa yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, bangsa yang baldatun thayyibatun war rabbun ghofur, bangsa yang dimana rakyat cukup sandang, pangan, papan, cita-cita kita adalah melihat wong cilik iso gemuyu, wong cilik bisa senyum bisa tertawa. Kita harus ingat bahwa kekuasaan itu adalah milik rakyat, kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat.
Bukan, bukan, bukan kita bekerja untuk diri sendiri. Bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin kita. Pemimpin yang harus bekerja untuk rakyat. Kita harus mengerti selalu sadar selalu bahwa bangsa yang merdeka adalah bangsa dimana rakyatnya merdeka, rakyat harus bebas dari ketakutan bebas dari kemiskinan bebas dari kelaparan bebas dari kebodohan bebas dari penindasan bebas dari penderitaan.
Saudara-saudara, masih ada suadara kita usianya di atas 70 tahun masih menarik becak, ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka. Hanya kalau kita bisa wujudkan keadaan dimana rakyat sungguh merasa dan menikmati kemerdekaan baru kita oleh sungguh-sungguh puas dan bangga dengan prestasi Indonesia merdeka. Marilah kita kerja keras dan berjuang tanpa menyerah, mari kita menghimpun dan menjaga semua kekayaan kita jangan mau kekayaan kita diambil murah oleh pihak-pihak lain.
Semua kekayaan kita harus sebesar-sebesarnya untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat kita. Dalam sejarah politik hal ini mudah untuk kita ucapkan tidak mudah untuk kita capai tapi kita bisa capai kalau kita bersatu dan bekerja sama. Marilah kita bangun masa depan bersama marilah menganggap rekan-rekan kita walaupun berbeda suku partai, agama, golongan kita adalah sama-sama anak Indonesia. Bertanding semangat, sesudah bertanding mari kita berhimpun kembali.
Presiden Joko Widodo mengalahkan saya, berapa kali ya saya lupa, tapi begitu beliau menang beliau mengajak saya bersatu, dan saya menerima ajakan itu sekarang saya yang menang. Dan saya mengajak semua pihak ayo Bersatu. Dalam mengahdapi dunia internasional Indonesia memilih jalan bebas aktif nonblok kita tidak mau ikut pakta-pakta militer manapun kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara sudah berkali-kali saya canangkan Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik, We want to be a good neighbor. Kita ingin menganut filosofi kuno seribu kawan terlalu sedikit satu lawan terlalu banyak.
Dengan demikian kita ingin menjadi sahabat semua negara tapi kita punya prinsip, yakni anti penjajahan karena kita pernah mengalami penjajahan kita anti penindasan karena kita pernah ditindas, kita antirasialisme, anti aperteid karena kita pernah mengalami waktu kita dijajah kita bahkan digolongkan lebih rendah dari anj*ng, banyak prasasti dan marmer papan-papan dimana disebut honden en inlander verboden, saya masih lihat prasasti di kolam renang Manggarai tahun 78. Karena itu kita punya prinsip kita harus solider membela rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina.
Pemerintah Presiden Joko Widodo sudah mengirimkan banyak bantuan hari ini kita punya tim medis yang bekerjad di Gaza dengan risiko sangat tinggi dokter, perawat, kita sudah bekerja sama bersama sudara dari UEA. Dan kita pun siap untuk mengirim bantuan yang lebih banyak dan siap evakuasi mereka yang luka dan anak-anak yang trauma dan korban kita siapkan semua RS dan tentara dan nanti rumah sakit lain untuk membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban perang yang tidak adil.
Kita menjadi bangsa yang harus berterima kasih kepada generasi pembebas, Bung Karno, Bung Hatta, pahlawan lain I Gusti Ngurah Rai, Pattimura, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, Cut Nyak Dien dan lain-lain. Mereka membayar saham kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka. Kita bersyukur pada Presiden pertama Bung Karno telah memberi kita ideologi negara, Pancasila. Yang keluar masuk penjara dibuang dimana-dimana dari sejak muda karena memperjuangkan Indonesia Merdeka. Indonesia tidak mau menjadi darah bagi bangsa lain.