KORANNTB.com – Sejumlah wilayah di NTB diminta mewaspadai potensi terjadinya banjir rob atau fenomena air laut naik ke daratan. Pesisir Lombok dan Pesisir Bima berpotensi terjadi.

BMKG Stasiun Meteorologi ZAM mengeluarkan peringatan dini banjir rob. Peringatan dini tersebut berlaku mulai 26 sampai 30 April 2025 pukul 20.00 Wita.

Kepala Stasiun Meteorologi ZAM, Satria Topan Primadi mengatakan wilayah yangt berpotensi terdampak:

Lombok: Ampenan, Sekarbela, Gerung, Lembar, Pemenang, Jerowaru dan Labuhan Lombok.

Sumbawa: Sumbawa dan Labuhan Badas.

Bima: Palibelo, Woha, Bolo, Langgudu, Soromandi, Sape, Rasanae Barat, Hu’u dan Asakota.

“Dengan adanya fenomena tersebut, masyarakat di sekitar pesisir Lombok dan Bima, bantaran sungai dan daerah yang lebih rendah diimbau tetap waspada dan siaga untuk mewaspadai dampak pasang air laut maksimum seperti banjir rob,” katanya dalam siaran pers.

Penyebab Banjir Rob

  1. Kenaikan Permukaan Air Laut

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub, sehingga volume air laut meningkat. Akibatnya, permukaan laut perlahan naik setiap tahun dan memperbesar risiko terjadinya banjir tersebut di kawasan pesisir.

  1. Fenomena Pasang Laut

Gaya gravitasi bulan dan matahari berpengaruh besar terhadap naik-turunnya permukaan air laut. Pada saat bulan purnama atau bulan baru, terjadi pasang maksimum yang dapat mendorong air laut meluap ke daratan, apalagi jika disertai angin kencang dan curah hujan tinggi.

  1. Penurunan Muka Tanah

Di banyak kota pesisir, tanah mengalami penurunan akibat pengambilan air tanah secara berlebihan. Penurunan ini membuat wilayah tersebut menjadi lebih rendah dari permukaan laut, sehingga banjir rob lebih mudah terjadi.

  1. Reklamasi dan Kerusakan Lingkungan Pesisir

Pembangunan di kawasan pesisir, seperti reklamasi pantai dan pengurukan lahan, mengubah karakter alami garis pantai. Hal ini menghilangkan fungsi alami pantai dan hutan bakau sebagai pelindung dari luapan air laut.

  1. Buruknya Sistem Drainase

Drainase yang tidak memadai menyebabkan air laut yang masuk ke daratan sulit untuk surut. Sistem saluran air yang tersumbat atau tidak terintegrasi dengan baik memperparah genangan saat banjir rob terjadi.

Fenomena banjir rob saat ini tidak lagi bersifat musiman, melainkan menjadi ancaman yang terus-menerus. Tanpa upaya mitigasi yang serius, banjir tersebut diperkirakan akan semakin meluas dan membawa dampak lebih berat di masa depan.

Berbagai langkah strategis diperlukan untuk mengatasi masalah ini, seperti pembangunan infrastruktur pengendali air, rehabilitasi ekosistem pesisir, serta penataan ruang kota yang adaptif terhadap perubahan iklim. Kolaborasi berbagai pihak menjadi kunci untuk menahan laju kerusakan dan melindungi wilayah pesisir dari ancaman banjir rob yang semakin nyata.