KORANNTB.com – Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi di sebuah hotel di Gili Trawangan, Lombok Utara menyisakan tanda tanya. Apalagi kematiannya dikaitkan karena tenggelam. Padahal penginapan tempat dia ditemukan tewas menyediakan private pool dengan kedalaman dangkal.

Link Banner

Rabu, 16 April 2025 malam, Brigadir Nurhadi ditemukan di dasar kolam. Kala itu dia menginap bersama dua rekannya sesama polisi yaitu Kompol I Made Yogi Porusa Utama dan IPDA Haris Chandra.

Dari rilis internal polisi yang tersebar, sekitar pukul 16.40 Wita korban bersantai di area vila. Kemudian pukul 17.00 Wita korban disebut berenang seorang diri.

Baru kemudian Kompol Yogi melihat korban tengah berada di dasar kolam. Dia kemudian segera mengevakuasi korban. Yogi kemudian menghubungi rekannya IPDA Haris, selanjutnya Haris memanggil staf hotel untuk meminta pertolongan medis.

Tim medis tiba 21.24 Wita dan melakukan tindakan pertolongan pertama berupa RJP (Resusitasi Jantung Paru) atau pertolongan dengan cara memompa bagian dada korban sekitar 20-30 menit. Namun tidak ada respon korban.

Selanjutnya medis melakukan pemasangan infus dan pemberian injeksi jenis epinephrin dan melanjutkan RJP ulang selama sekitar 10 menit. Namun pasien tidak ada respon, selanjutnya diberikan AED (Automatic External Defibrillator) namun tidak ada respon dari pasien, pasien kemudian dievakuasi menuju Klinik Warna Medica untuk dilakukan pengecekan EKG. Hasil pengecekan EKG flat (sudah tidak terdeteksi detak jantung dari pasien).

Pemakaman Brigadir Muhammad Nurhadi
Pemakaman Brigadir Muhammad Nurhadi

Baru pukul 22.14 Wita korban dinyatakan meninggal dunia.

Alibi Berbeda

Kakak kandung korban, Muhammad Hambali menuturkan bahwa Yogi mengaku saat kejadian sedang tidur. Dia pertama kali diberitahu rekannya sudah tergeletak di dasar kolam oleh staf hotel.

Ini berbeda dengan keterangan internal polisi yang mengungkapkan Yogi pertama melihat korban, selanjutnya menghubungi rekannya IPDA Haris untuk meminta bantuan ke staf hotel.

Alibi berbeda lagi ditemukan Hambali saat melihat jenazah di RS Bhayangkara Kota Mataram pada Kamis, 17 April 2025. Saat itu dia menghubungi Haris untuk mencaritahu kronologis, namun Haris mengatakan awalnya dia tidak mengetahui pasti karena saat itu sedang melihat tanahnya di Gili Trawangan.

“Sedangkan kata Pak Yogi saat saya hubungi, Pak Haris katanya sedang makan sama manager hotel di depan vila. Jadi bingung saya kok beda-beda ceritanya,” ujarnya.

Dia juga mengaku kecewa, pihak keluarga baru dihubungi sehari setelah kematian korban.

Dia melihat ada banyak kejanggalan dari peristiwa tersebut. Hambali merasa heran bagaimana adiknya bisa meninggal di dasar kolam berukurang kecil dengan kedalaman dangkal. Padahal syarat menjadi polisi harus bisa berenang dan almarhum mahir dalam berenang.

“Ini kolam kecil, cuma berapa meter, airnya sepinggang. Kejanggalan memang banyak, enggak mungkin seorang polisi enggak bisa berenang,” katanya.

Selain banyak luka di tubuh korban, paling menonjol menurut Hambali adalah luka di bawah pelipis mata sebelah kanan yang terus menerus mengeluarkan darah.

“Pelipis mata kanan enggak berhenti keluar darah. Lutut juga luka. Jari-jari kakinya juga banyak kulit terkelupas,” ujarnya.

Hingga kini Polda NTB belum menyimpulkan penyebab kematian korban.

Kabid Humas Polda NTB, Kombel Pol Mohammad Kholid mengatakan saat ini masih dilakukan penyelidikan.

“Sementara tim masih melakukan penyelidikan,” ujarnya.