54 Akun WhatsApp di Indonesia Jadi Korban Pegasus Israel
KORANNTB.com – Sebanyak 54 akun WhatsApp di Indonesia dilaporkan menjadi korban serangan spyware Pegasus, perangkat mata-mata canggih buatan perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group. Informasi ini terungkap dalam laporan investigatif yang dirilis oleh The Wire pada April 2025, sebagaimana dilaporkan oleh Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet).
Sebagai informasi, SAFEnet adalah organisasi masyarakat sipil yang memperjuangkan hak-hak digital, termasuk hak untuk mengakses internet, hak untuk bebas berekspresi, dan hak atas rasa aman di ranah digital.
Laporan tersebut berkaitan dengan tuntutan hukum yang diajukan oleh WhatsApp ke pengadilan Amerika Serikat. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa spyware Pegasus menyerang 1.223 akun pengguna di 51 negara.
Negara dengan jumlah korban terbanyak adalah Meksiko dengan 456 akun, disusul oleh India sebanyak 100 akun. Di antara daftar negara terdampak, Indonesia tercatat memiliki 54 akun korban.
Berita ini memperkuat hasil investigasi pada tahun 2023 yang menyebutkan bahwa alat spyware buatan Israel ini telah masuk ke Indonesia.
Sejak tahun yang sama, Koalisi Reformasi Kepolisian juga telah mendesak Polri agar lebih transparan perihal kemungkinan pengadaan alat sadap berteknologi tinggi ini.
Sebagai informasi, Pegasus memang dikenal sebagai salah satu alat penyadap paling canggih di dunia. Ia mampu disisipkan ke dalam ponsel berbasis Android maupun iOS dari jarak jauh.
Salah satu metodenya adalah melalui panggilan tak terjawab di WhatsApp yang kemudian secara otomatis menghapus riwayat panggilan, sehingga pengguna tidak menyadari bahwa ponselnya telah disusupi.
“Pegasus ini memang bisa dibilang salah satu alat sadap paling canggih saat ini. Dia bisa menyerang penggunanya hanya dengan zero click alias tanpa harus ada tindakan meng-klik sesuatu dari targetnya,” dikutip dari SAFEnet.
“Pegasus dapat dipasang di ponsel Android atau IOS dari jarak jauh. Salah satu caranya adalah melalui missed call WhatsApp, dan kemudian segera menghapus riwayatnya, sehingga si pengguna ponsel tidak merasa ada yang salah,” tulis sumber tersebut.
SAFEnet mendesak agar pemerintah Indonesia menjamin keamanan digital warganya serta membuka informasi mengenai potensi penggunaan Pegasus di dalam negeri.