KORANNTB.com – Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Lombok, dikenal memiliki keanekaragaman hayati, termasuk keberadaan sejumlah spesies ular berbisa. Beberapa di antaranya tergolong sangat mematikan. Meskipun tidak semua ular berbahaya bagi manusia, mengenali jenis-jenis ular berbisa penting untuk keselamatan masyarakat, khususnya di wilayah perdesaan, hutan, hingga pesisir.

Berikut adalah sepuluh jenis ular berbisa yang telah tercatat maupun dilaporkan keberadaannya di Pulau Lombok dan sekitarnya.

1. King Kobra (Ophiophagus hannah)

King kobra adalah salah satu ular berbisa mematikan di dunia. Meski jarang ditemukan di Lombok, beberapa laporan menyebutkan kemungkinan kemunculannya di wilayah pegunungan NTB.

Link Banner
King Kobra
King Kobra (sumber istimewa)

Panjangnya bisa mencapai lima meter dan bisanya bekerja dengan sangat cepat menyerang sistem saraf korban. Ular ini dikenal agresif saat merasa terancam.

2. Kobra Jawa (Naja sputatrix)

Kobra jawa atau dikenal juga sebagai ular sendok adalah salah satu spesies yang umum ditemukan di wilayah NTB, termasuk Lombok. Saat terancam, ular ini akan mengembangkan lehernya menyerupai sendok.

Kobra Jawa (istimewa)
Kobra Jawa (istimewa)

Bisanya mengandung neurotoksin yang dapat menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga kematian jika tidak segera ditangani.

3. Ular Cabai (Calliophis intestinalis)

Ular ini memiliki ukuran kecil dengan warna merah mencolok dan garis biru atau ungu pada bagian punggungnya. Meskipun kecil dan pemalu, bisanya sangat kuat.

Ular cabe. Foto: dok. Laman Thai National Parks
Ular cabe. Foto: dok. Laman Thai National Parks

Jenis ini biasanya ditemukan di bawah daun-daunan lembap atau tanah yang sejuk di kawasan hutan.

4. Ular Cabai Besar (Calliophis bivirgatus)

Mirip dengan ular cabai kecil, namun tubuhnya lebih besar dan berwarna lebih mencolok. Jenis ini sangat jarang ditemukan, namun keberadaannya dilaporkan di wilayah Nusa Tenggara. Bisanya sangat beracun dan berbahaya.

5. Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus insularis)

Jenis ini sering ditemukan di hutan, ladang, atau dekat pemukiman. Tubuhnya berwarna hijau cerah dengan ekor berwarna merah menyala. Ular ini biasanya aktif pada malam hari dan bisanya bersifat hemotoksik, menyebabkan pembekuan darah, pembengkakan, hingga nekrosis jika tidak ditangani.

Trimeresurus Albolabris ( Freepik)
Trimeresurus Albolabris ( Freepik)

Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menyebut ular ini aktif pada malam hari untuk mencari makan dan biasa menetap lama di suatu tempat.

“Spesies ini aktif pada malam hari atau nokturnal, mencari makan secara perlahan atau menunggu penyergapan, baik di darat maupun memanjat. Dapat terlihat pada posisi yang sama atau dekat selama beberapa hari berturut-turut,” tulis BTNGR.

6. Ular Welang (Bungarus fasciatus)

Dikenal dengan pola belang hitam dan kuning yang kontras, ular ini termasuk jenis yang sangat berbisa.

Welang bersifat pemalu dan aktif di malam hari. Bisanya mengandung neurotoksin kuat yang dapat melumpuhkan sistem saraf dalam waktu singkat.

7. Ular Weling (Bungarus candidus)

Ular weling memiliki pola belang putih dan hitam serta lebih agresif dibandingkan welang. Ia sering muncul di sekitar pemukiman atau ladang dan dikenal sangat berbisa.

Ular Weling
Ular Weling / dok.kompas.com

Sekali tergigit, korban bisa mengalami kelumpuhan pernapasan dalam hitungan jam.

8. Ular Gibug atau Ular Tanah

Di Indonesia, ular ini dikenal dengan sebutan ranjau darat atau gibug. Biasanya hidup di tanah lembap, sekitar hutan atau sawah. Jenis ini disebut-sebut berbisa dan bisa menyerang dengan cepat saat terinjak. Masyarakat mengenalnya sebagai ular diam yang berbahaya jika tak sengaja terinjak. Itulah alasan ular ini disebut ranjau darat, karena serangan mendadak dan mematikan bak ranjau.

Ular Gibug
Ular Tanah atau Gibug dok/Commons Wikimedia

Ular ini juga dapat berkamuflase di dedaunan kering, sehingga banyak korban yang didominasi petani oleh ular ini. Tubuhnya pendek namun mematikan.

9. Ular Laut Belang (Laticauda colubrina)

Ular laut jenis ini banyak ditemukan di perairan sekitar Pulau Ular, Kabupaten Bima, NTB. Warna tubuhnya belang biru dan hitam dengan ekor pipih menyerupai dayung. Meskipun hidup di laut, bisanya sangat kuat. Untungnya, ular ini tidak agresif terhadap manusia kecuali merasa terganggu.

Masyarakat di NTB masih menganggap ular laut belang tidak berbahaya. Faktanya ular ini memang pasif tapi memiliki bisa jauh berkali-kali lipat dari ular kobra (sumber foto: istimewa)
Masyarakat di NTB masih menganggap ular laut belang tidak berbahaya. Faktanya ular ini memang pasif tapi memiliki bisa jauh berkali-kali lipat dari ular kobra (sumber foto: istimewa)

Ular ini memiliki bisa jauh lebih berbahaya dari king cobra. Jadi harap berhati-hati.

10. Ular Picung (Rhabdophis subminiatus)

Ular picung sering ditemukan di area lembap, dekat sungai atau sawah. Warna tubuhnya kombinasi hitam dan oranye atau merah.

Ular Picung
Ular Picung /dok/istimewa

Ular ini berbisa tinggi dan bahkan beracun. Sangat mematikan jika orang yang terkena gigitan tidak segera diberikan perawatan.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama saat berada di alam terbuka. Jika melihat ular yang tidak dikenal, sebaiknya tidak didekati atau diganggu. Jika terjadi gigitan, segera cari pertolongan medis ke fasilitas kesehatan terdekat. Rumah sakit besar di NTB seperti RSUD Provinsi atau rumah sakit rujukan regional biasanya memiliki penanganan untuk kasus gigitan ular berbisa atau memiliki antivenom.