KORANNTB.com – Panitia Pelaksana (Panlak) Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan klarifikasi terkait sorotan publik terhadap salah satu mata lomba yang dipertandingkan, yakni dari Induk Olahraga (Inorga) Persatuan Binaraga dan Fisik Indonesia (Perbafi). Kegiatan tersebut berlangsung di Raja Hotel Mandalika, Lombok Tengah, pada Senin, 28 Juli 2025.

Ketua Panlak Fornas VIII, Nauvar Furqani Farinduan, menyampaikan bahwa pihaknya langsung merespons perhatian publik atas pelaksanaan lomba tersebut.

“Pertama, kami mengucapkan terima kasih kepada netizen yang telah menyampaikan laporan perihal lomba yang dimaksud,” ujar Farin dalam keterangannya kepada media di Mataram.

Ia menegaskan bahwa pihak panitia telah melakukan verifikasi kepada inorga terkait. Namun, menurutnya, Perbafi tidak menyampaikan secara detail teknis pelaksanaan lomba tersebut kepada Panlak. Atas hal itu, pihaknya pun menyatakan keberatan secara resmi.

Link Banner

“Kami meminta jika ada mata lomba yang serupa untuk dapat segera dihentikan. Kami sudah menyampaikan keberatan,” jelasnya.

Farin menambahkan, apabila informasi lengkap sudah diterima sejak awal, panitia akan menyiapkan langkah-langkah teknis agar tidak menimbulkan kegaduhan publik.

“Kalau ini terinformasikan dari awal, kita pasti akan berikan solusi kongkrit. Misalnya pengetatan akses masuk di area tersebut. Serta hal-hal lain yang dapat meminimalkan sorotan publik,” lanjutnya.

Sebagai Ketua Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia Daerah (Kormida) NTB, Farin juga menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut. Ia menegaskan bahwa detail pelaksanaan mata lomba merupakan tanggung jawab dan kewenangan Kormi Nasional (Korminas).

“Kami sudah melayangkan komplain. Sekali lagi kami memohon maaf, hal ini luput dari pantauan kami,” ucapnya.

Farin menjelaskan bahwa proses penentuan jenis dan mata lomba berasal dari masing-masing inorga pusat. Usulan tersebut disusun dalam bentuk technical handbook, lalu diserahkan ke Korminas dan diteruskan ke panitia pelaksana.

“Inorga pusat punya beberapa mata lomba, mata lomba dirumuskan dalam satu technical handbook. Kemudian, technical handbook diserahkan kepada Korminas untuk selanjutnya disampaikan kepada Panlak,” bebernya.

Namun demikian, dalam menganalisis dokumen tersebut, Panlak lebih fokus pada aspek teknis pelaksanaan, bukan isi materi lomba. Seharusnya, kata Farin, baik inorga maupun Korminas memberi catatan khusus atas mata lomba yang dinilai sensitif atau berpotensi menuai kritik.

“Pada titik ini, mengenai hal yang terjadi, kami tidak mendapatkan gambaran yang utuh,” katanya.

“Kami di Panlak tidak memperoleh noticed yang utuh terkait mata lomba tersebut. Seharusnya mereka bisa sampaikan di awal sehingga Panlak bisa membuat langkah tindak lanjut untuk melakukan supervisi,” sambungnya.

Meski demikian, Farin menyebut secara umum pelaksanaan Fornas VIII hingga hari ketiga berjalan lancar. Ia menyampaikan bahwa kehadiran event nasional ini memberikan dampak positif terhadap masyarakat NTB, khususnya pelaku usaha perhotelan dan UMKM di sekitar lokasi venue perlombaan.

Sebelumnya ajang tersebut mendapat sorotan banyak pihak. Salah satunya, datang dari Pimpinan Pondok Pesantren di NTB.

“Saya atas nama forum Pondok Pesantren tidak setuju lomba-lomba  yang tidak sesuai dengan identitas Lombok yang dikenal dengan 1000 masjid dan pada umumnya di NTB  lebih dari 3000-an pondok-pondok pesantren merusak citra,” kata Anggota Forum Pondok Pesantren, Hj Masruri Aini.

“Di NTB, yang kental dengan nilai-nilai religius, hal semacam ini bukan hanya memicu kontroversi, tetapi juga mengusik kesadaran kolektif tentang batas antara prestasi dan eksploitasi,” ujarnya.