Karman: Ada Upaya Memecahkan Prabowo-Gibran, Termasuk Lewat Bendera One Piece
KORANNTB.com – Ketua Himpunan Masyarakat Lombok (Himalo) sekaligus mantan relawan Jokowi 2019, Karman BM, menilai polemik pemasangan bendera bajak laut Jolly Roger dari anime One Piece telah dipelintir menjadi narasi politik yang merusak soliditas antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Menurutnya, narasi yang menyebut seolah-olah pemasangan bendera tersebut digerakkan oleh kelompok Gibran sebagai simbol kudeta terhadap Prabowo adalah framing yang tidak benar dan menyesatkan.
“Narasi yang menyebutkan seolah-olah kelompok Gibran mengibarkan bendera One Piece untuk mengudeta Prabowo, itu murni framing. Tidak benar dan sangat menyesatkan,” ujar Karman kepada wartawan, Rabu, 6 Agustus 2025.
Karman menilai, ini bukan sekadar candaan simbolik, tetapi bagian dari operasi politik yang bertujuan mengganggu hubungan harmonis antara dua tokoh besar bangsa: Prabowo dan Jokowi. Bahkan menurutnya, ada gerakan sistematis yang lebih serius, yakni dorongan untuk melemahkan posisi Gibran di pemerintahan mendatang.
“Belakangan ini mulai muncul sinyal adanya gerakan yang ingin mendorong proses impeachment terhadap Gibran. Ini jelas berbahaya dan mengarah pada destabilisasi politik sejak dini,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti adanya framing yang mencoba membelah kabinet pemerintahan ke depan menjadi dua kubu, yakni menteri loyalis Prabowo dan menteri loyalis Jokowi.
“Itu narasi adu domba yang sangat tidak sehat. Menteri adalah pembantu presiden dan wakil presiden. Tidak boleh ada pengkotak-kotakan seperti itu. Semua harus bekerja dalam satu visi untuk bangsa, bukan faksi,” tegas Karman.
Ia menegaskan, upaya-upaya semacam ini adalah bentuk “akrobatik politik” yang sudah mulai muncul sejak sebelum Pilpres, dan kini terus dilanjutkan untuk menciptakan jarak antara pemimpin terpilih dengan elemen-elemen kekuatannya sendiri.
“Ada upaya akrobatik politik yang ingin memisahkan Prabowo dan Jokowi. Ini bukan hal baru. Jauh sebelum itu, mereka sudah memainkan skenario ini,” katanya.
Padahal, menurut Karman, Prabowo telah menunjukkan komitmen untuk menyatukan seluruh kekuatan bangsa melalui langkah berani dengan memilih Gibran sebagai pendamping, meski saat itu secara elektoral Gibran belum diperhitungkan dalam survei.
“Pak Prabowo mengambil langkah strategis dan berani dengan menggandeng Gibran. Padahal secara matematis politik saat itu, Gibran bukan unggulan di survei manapun. Tapi Prabowo percaya, dan sejarah membuktikan itu adalah keputusan yang tepat,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa semangat yang dibangun oleh Prabowo adalah semangat pemersatu, bukan dominasi politik sepihak.
“Semangat Prabowo untuk menyatukan semua kelompok bangsa, jangan diganggu atau direduksi. Ini harus kita dukung bersama,” kata Karman.
Terkait polemik bendera Jolly Roger One Piece, Karman menilai hal tersebut sebaiknya tidak dibesar-besarkan karena merupakan bagian dari budaya pop yang tidak ada kaitannya dengan dinamika politik.
“Simbol bajak laut dalam One Piece adalah bagian dari budaya pop, bukan simbol politik. Jangan semua ditarik ke ranah politik dan dijadikan alat untuk menyudutkan. Itu tidak sehat untuk demokrasi,” ucapnya.
Menjelang Hari Kemerdekaan RI, Karman mengajak masyarakat untuk lebih fokus menjaga semangat persatuan dan tidak mudah terseret dalam narasi-narasi adu domba.
“Kemerdekaan ini hasil perjuangan para pahlawan. Jangan kita nodai dengan narasi-narasi receh yang memecah belah. Kita punya tanggung jawab moral menjaga persatuan,” tutupnya.