KORANNTB.com – Tanggal 5 Agustus 2018 menjadi salah satu hari paling kelam dalam sejarah Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa bumi berkekuatan 7,0 magnitudo mengguncang Pulau Lombok, menewaskan lebih dari 500 orang dan merusak ratusan ribu bangunan.

Tujuh tahun berlalu, dampak gempa masih terasa. Sebagian besar rumah warga memang telah dibangun kembali, namun pemulihan psikologis dan ekonomi warga terdampak masih menjadi pekerjaan panjang.

Gempa utama dan rangkaian gempa susulan menyebabkan kerusakan luas di enam kabupaten/kota, terutama di Lombok Utara, yang menjadi pusat episentrum. Total lebih dari 200 ribu rumah dilaporkan mengalami kerusakan dengan kategori ringan, sedang, hingga berat.

Pemerintah melalui skema bantuan stimulan melakukan percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga. Dana bantuan disalurkan bertahap sejak 2018 dengan nominal bervariasi sesuai tingkat kerusakan rumah. Meski proses pencairan sempat berjalan lambat di awal, program perbaikan rumah warga berhasil diselesaikan secara bertahap dalam kurun waktu beberapa tahun.

Link Banner

Data terakhir menunjukkan lebih dari 95 persen rumah telah selesai diperbaiki, meski beberapa warga masih menghadapi persoalan administratif dalam pencairan bantuan.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain korban jiwa, gempa juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar. Ribuan orang mengalami luka-luka dan trauma, dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi. Aktivitas ekonomi sempat lumpuh, terutama di sektor pariwisata dan pertanian yang menjadi andalan masyarakat Lombok.

Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai lebih dari Rp18 triliun. Pemulihan sektor pariwisata baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Namun, sebagian masyarakat terdampak masih berjuang memulihkan kehidupan mereka secara perlahan.

Gempa Lombok 2018 menjadi titik balik bagi upaya penguatan sistem kebencanaan di NTB. Pemerintah daerah meningkatkan kapasitas lembaga penanggulangan bencana, membentuk desa tangguh bencana, serta menyusun rencana kontinjensi di setiap wilayah rawan.

Pelatihan evakuasi, penyediaan jalur aman, serta peningkatan literasi kebencanaan mulai diterapkan secara lebih luas di masyarakat. Meski demikian, tantangan dalam edukasi publik dan kesiapsiagaan tetap menjadi catatan penting ke depan.

Peringatan Tujuh Tahun

Setiap tahun, peringatan gempa Lombok diperingati dalam bentuk doa bersama dan refleksi. Tahun ini, 5 Agustus 2025, menjadi pengingat bahwa bencana bukan hanya soal kerusakan fisik, tetapi juga menyisakan luka batin yang tidak mudah pulih.

Gempa Lombok telah mengubah wajah banyak desa, meruntuhkan ribuan bangunan, dan merenggut ratusan nyawa. Namun, semangat warga untuk bangkit perlahan mengubah reruntuhan menjadi harapan baru.