KORANNTB.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi NTB merilis informasi iklim terbaru untuk Dasarian I September 2025. Meski masih berada dalam periode musim kemarau, beberapa wilayah di NTB mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Kondisi ini dinilai perlu diwaspadai karena berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Bencana hidrometeorologi meliputi longsor, banjir, banjir bandang, puting beliung, genangan maupun kekeringan dan kebakaran lahan.

BMKG mencatat, curah hujan di NTB berada pada kategori rendah hingga menengah, dengan sebagian kecil wilayah Sumbawa Barat bagian selatan masuk kategori tinggi. Curah hujan tertinggi tercatat di Pos Hujan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa Barat, yakni 241 mm per dasarian.

Di sisi lain, sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan dalam waktu lama, bahkan masuk kategori kekeringan ekstrem. Kabupaten Sumbawa tercatat di Pos Hujan Lape (108 hari) dan Moyohilir (87 hari), sedangkan di Lombok Timur terjadi di Labuhan Pandan (80 hari) dan Sambelia (65 hari).

“Fenomena ini menunjukkan bahwa meski ada potensi hujan, kita tidak bisa mengabaikan ancaman kekeringan di beberapa wilayah. Masyarakat harus tetap waspada dan memanfaatkan hujan untuk menambah cadangan air,” kata Afriyas Ulfah, forecaster BMKG Stasiun Klimatologi NTB.

BMKG juga menjelaskan dinamika atmosfer saat ini dipengaruhi IOD negatif yang diprediksi bertahan hingga Desember 2025, serta kondisi ENSO netral. Sementara anomali suhu muka laut di sebagian besar perairan Indonesia lebih hangat dibanding normalnya, yang turut meningkatkan peluang hujan di NTB pada dasarian berikutnya.

“Pada dasarian II September 2025, peluang hujan di NTB cukup tinggi, dengan probabilitas 80–90 persen di Lombok Barat, Lombok Tengah bagian utara, Lombok Utara, sebagian Sumbawa Barat, dan Dompu,” ujar I Gede Widi Hariarta, forecaster lainnya.

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, baik kekeringan maupun kebakaran hutan dan lahan. Warga juga didorong untuk menampung air hujan di embung, waduk, atau penampungan lainnya sebagai cadangan air.