KORANNTB.com – Warga di Lombok dikabarkan mengalami kesulitan untuk mencari beras berkualitas pulen. Hanya tersedia beras Bulog dengan merek SPHP, namun kualitas rasanya dikeluhkan warga.

Seorang warga Gerung, Lombok Barat, Nita, mengatakan di pasar tradisional maupun beberapa ritel moderen hanya tersedia beras dengan merek SPHP. Rasanya menjadi keluhan.

“Hanya ada SPHP di pasar. Rasanya mirip kita makan beras mentah, enggak enak,” keluhnya, Senin, 15 September 2025.

Dia mengatakan, stok beras juga sering kosong pada ritel moderen di Alfamart dan Indomaret.

“Kosong. Yang ada hanya SPHP,” ujarnya.

Pantauan media ini, di beberapa ritel moderen di sekitar Lombok Barat memang hanya tersedia beras SPHP. Ada beberapa ritel yang menyediakan beras dengan merek Pulen Wangi, namun harganya Rp101.500 untuk ukuran 5 kg. Sangat mahal dibanding biasanya.

“Beras lagi langka mas,” ujar seorang karyawan ritel moderen saat ditanya media ini.

Sementara di supermarket Lotte, stok beras tidak tersedia. Hanya beras impor dengan merek Taj Mahal asal India yang sering digunakan untuk membuat nasi kebuli dan beras merek Fukumi berbahan porang.

Sebagai informasi, beras SPHP merupakan akronim dari Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan. Beras ini berada di kelas lebih rendah dari medium umum dan premium. Beras ini didistribusikan untuk menjaga harga beras tetap stabil di saat terjadi kenaikan beras saat ini.

Kadar air beras SPHP sekitar 14 persen dibanding beras pulen yang memiliki kadar air 15-20 persen, sehingga tekstur beras SPHP lebih kasar dan cendrung kurang enak dibanding pulen. Kadar air 14 persen untuk menjaga air beras dapat bertahan lama, karena merupakan beras cadangan nasional di saat terjadi kelangkaan atau harga yang naik seperti saat ini.

Harga Naik

Pada Jumat, 12 September kemarin, Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB telah menggelar rakor dengan Kementerian Dalam Negeri membahas harga beras yang naik.

Kadis Disdag NTB, Jamaluddin mengatakan pemerintah sudah menetapkan HET untuk beras medium sebesar Rp13,500 per kg dan beras premium Rp14,900 per kg, namun kondisi di pasar dengan harga yang jauh lebih tinggi.

“Kondisi ini menjadi perhatian serius mengingat beras merupakan kebutuhan pokok dan penyumbang inflasi tertinggi,” ujarnya.

Dia mengatakan fokus memastikan harga beras kembali stabil.

“Kami perlu memastikan harga beras stabil dan tidak membebani masyarakat,” katanya.

Dia meminta agar distributor beras, pabrik beras, pedagang, ritel moderen dan pengusaha beras lainnya untuk tidak menjual beras di atas HET.

Dipantau Ombudsman

Ketua Ombudsman RI Perwakilan NTB, Dwi Sudarsono mengatakan hingga saat ini memang belum ada keluhan dari warga terkait kelangkaan beras maupun kualitas dari beras SPHP.

Meski belum ada laporan, Ombudsman NTB memang berencana untuk melakukan pemantauan terhadap distribusi beras.

“Belum ada laporan dari warga. Ombudsman NTB berencana akan melakukan pemantauan distribusi beras,” ujarnya siang tadi.