KORANNTB.com – Menjelang senja, udara di kaki Gunung Sasak mulai terasa dingin dan lembap. Dari arah jalur pendakian, beberapa pendaki tampak menurunkan ransel besar sambil mencari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda. Tidak ada deru kendaraan atau riuh kota—hanya suara burung dan desir angin yang menggesek ranting-ranting. Inilah suasana area camping Gunung Sasak, destinasi alam baru di Kecamatan Kuripan, Lombok Barat, yang kini ramai dikunjungi warga setiap akhir pekan.

Area camping terletak di ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Lokasinya cukup lapang, dikelilingi pepohonan tinggi yang meneduhkan sepanjang hari. Dari sini, puncak Gunung Sasak tampak samar di kejauhan, hanya sekitar 70 meter lebih tinggi. Banyak pengunjung memilih berhenti di sini daripada melanjutkan ke puncak, karena suasananya lebih nyaman untuk beristirahat dan berkemah.

Setiap sore menjelang malam Minggu, kawasan ini berubah menjadi perkemahan kecil di tengah hutan. Deretan tenda warna-warni muncul di sela pepohonan, sementara aroma mi instan dan kopi seduh menyeruak dari warung-warung kecil milik warga. Sekitar empat warung beroperasi di sisi jalur, menjual camilan sederhana, air mineral, hingga gorengan hangat. Para pedagang biasanya naik ke lokasi sejak siang dan baru turun setelah malam tiba.

“Kalau ramai, kami baru pulang setelah Isya,” cerita seorang pedagang.

Mereka mulai berjualan beberapa bulan terakhir sejak Gunung Sasak dibuka sebagai lokasi wisata. Meski hasilnya tidak selalu besar, pendapatan tambahan dari berjualan di gunung cukup membantu ekonomi rumah tangga.

Suasana malam di Gunung Sasak punya pesonanya sendiri. Api unggun menyala di beberapa titik, menerangi area tenda yang tersusun acak di antara pohon. Dari kejauhan, terdengar suara gitar dan tawa pengunjung yang saling bercakap. Tidak ada penerangan jalan, hanya sinar senter dan cahaya ponsel yang sesekali menyapu kegelapan. Bagi sebagian pendaki, keheningan inilah yang justru menjadi daya tarik utama: kesempatan untuk benar-benar beristirahat dari bising kota.

Di sisi barat area camping, sebuah papan kayu bertuliskan “Gunung Sasak 300 Mdpl” menjadi tempat favorit untuk berfoto. Tak jauh dari sana, ada ayunan kayu dan jembatan bambu sederhana yang dibuat warga sebagai spot foto tambahan. Saat pagi tiba, pemandangan sekitar berubah indah. Embun tipis menggantung di dedaunan, dan cahaya matahari yang menembus sela pohon menciptakan siluet menawan.

Namun, di balik keindahannya, kawasan ini masih butuh perhatian. Fasilitas umum seperti toilet belum tersedia, dan tempat sampah masih minim. Pendaki diimbau membawa kembali sampah masing-masing dan menyiapkan perlengkapan pribadi seperti air minum, senter, dan alas tidur. Jalur menurun bisa sangat licin jika hujan turun malam sebelumnya, sehingga alas kaki yang kuat dan tidak licin menjadi keharusan.

Gunung Sasak mungkin bukan gunung tinggi, tetapi area campingnya berhasil memikat banyak orang. Di sini, pendaki pemula bisa merasakan sensasi alam terbuka tanpa rasa takut. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit dari bawah, dan Anda sudah bisa menikmati malam di tengah pepohonan, dengan langit berbintang sebagai atap alami.

Sebuah gunung kecil yang sederhana, tetapi menyimpan ketenangan yang sering hilang di tempat-tempat wisata ramai. Gunung Sasak memberi pengalaman mendaki yang ringan, berkemah yang hangat, dan pulang dengan hati yang lebih tenang.