Habibul Umam: NU Tidak Menggiring Jamaah untuk Mendukung Salah Satu Paslon
KORANNTB.com – Beberapa hari yang lalu muncul statemen oknum yang menginstruksikan mewajibkan warga NU mendukung salah satu kontestan calon bupati/wakil Bupati Lombok Tengah.
Menanggapi itu, Habibul Umam yang merupakan putra Ketua Tanfiziah PWNU NTB, almarhum TGH Ahmad Taqiyuddin Mansyur, mengatakan informasi tersebut tidak benar.
“Statemen tersebut adalah tidak benar dan menyesatkan. Bahwa merujuk kepada fakta sejarah PWNU NTB di masa kepemimpinan Almagfurullah TGH. Ahmad Taqiuddin Manshur, secara tegas menyatakan bahwa sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, NU secara institusi tidak dalam posisi menggiring dukungan kepada salah satu calon menjelang pilkada NTB 2013,” ungkap Habibul Umam Taqiuddin, Jumat, 30 Oktober 2020.
Ia menjelaskan bahwa NU selalu mempersilahkan kader Nahdliyyin untuk tampil dalam kancah perpolitikan tapi secara institusi NU dalam sikap politiknya tidak dalam posisi menggiring ke salah satu calon.
“Artinya NU tetap membebaskan warga Nahdliyyin. Secara institusi NU ada dalam posisi mencerahkan. Bahwa NU harus tetap berada sesuai dengan koridornya berdasarkan hasil Munas Alim Ulama NU di Situbondo Jawa Timur pada tahun 1983 adalah kembali kepada Khittah NU 1926,” lanjutnya.
“Melihat realita tersebut maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses salah satu calon tidak berhak mengklaim dukungan NU kepada salah satu calon,” katanya geram.
Lebih lanjut Gus Habib mengatakan “Oleh karena itu dalam memberikan pencerahan kepada jamiyah NU maka tokoh-tokoh NU yang terlibat sebagai timses masing-masing seharusnya bersandar kepada nilai-nilai ahlussunah wal jamaah yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleransi,) ta’awun (berimbang), dan amar ma’ruf nahi munkar,” ujarnya.
Gus Habib menceritakan, mukaddimah pidato sambutan ayahanda Drs. TGH. Ahmd Taqiuddin Manshur, di setiap acara berbunyi “Alhamdulillahil Qā’il, Innamā Yakhsyallaha min ‘ibaadihil ‘Ulama’. Wassholatu wassalamu ‘alā sayyidina Muhammadinn Nabiyyan wa rosūla, Wa ‘alā ālihi wa sohbihi wa man tabi’ahu wal ‘Ulama’warotsatul Anbiya’. Allahummaj’al Lana Amri Nahdotil ‘Ulama’, Ghālibatan wa Farajan wa Makhraja.
Artinya ia selalu memuliakan ulama dan Nahdlatul Ulama sebab ulama adalah pewaris para nabi. Maka marwah NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia harus dijaga dan dihormati.
“Jelas posisi NU secara institusi tidak mengiring ke salah satu calon. Dalam Pilkada Lombok Tengah kali bisa saja warga NU memilih Lale Prayatni atau yang lain, tapi kami mempercayakan beliau (Lale Prayatni) sebagai pemimpin pilihan,” katanya. (red)