KORANNTB.com – Pada pekan kedua bulan September ini, banyak kabar mancanegara yang sangat penting sebagai sumber kebutuhan informasi, mulai dari pasca kematian Ratu Elizabeth II hingga didominasi dengan konflik Rusia-Ukraina yang belum berakhir. Dari banyaknya peristiwa mancanegara, berikut dirangkai menjadi lima peristiwa mancanegara paling hangat pekan ini.

1. Perang Azerbaijan vs Armenia

Konflik militer antara Azerbaijan dan Armenia kembali terjadi, Selasa, 13 September 2022 di wilayah Nagorno-Karabakh setelah sebelumnya sempat berlangsung pada 2020.

Azerbaijan mengaku ada korban atas konflik tersebut. Sementara Armenia belum menyebut kerugian dari konflik tersebut.

Link Banner

Azerbaijan menuding ada kegiatan inteligen Armenia di perbatasan kedua negara.

Konflik Nagorno-Karabakh dimulai pada 1980-an saat kedua belah pihak masih dalam kekuasaan Soviet. Pihak Armenia merebut sebagian wilayah tersebut yang diakui secara internasional adalah wilayah Azerbaijan. Namun Armenia bersikukuh jumlah etnis wilayah tersebut lebih besar adalah etnis Armenia. Pada 2020 sempat terjadi konflik, namun dapat ditangani Rusia untuk melakukan genjatan senjata kedua negara, seperti dilansir dari cnbcindonesia.com.

2. Referendum Pasca Ratu Elizabeth II

Antigua dan Barbuda merupakan negara persemakmuran Inggris. Setelah wafatnya Ratu Elizabeth II dan digantikan oleh Raja Charles III, negara persemakmuran di Karibia tersebut akan menggelar referendum untuk menjadi negara yang sepenuhnya lepas dari Inggris.

Perdana Menteri Antigua dan Barbuda, Gaston Browne berencana akan menggelar referendum untuk menjadi negara republik yang sepenuhnya lepas dari Inggris.

3. Rusia Dipukul Mundur

Berita mancanegara lainnya adalah soal konflik Rusia-Ukraina. Baru-baru ini Ukraina mengklaim telah memukul mundur pasukan Rusia di banyak wilayah yang sempat diduduki pasukan Kremlin tersebut.

Ukraina mengklaim sukses merebut kembali 20 kota dan desa yang telah diduduki Rusia hanya dalam satu hari terakhir.

Sisi lain, Mantan anggota parlemen Rusia Boris Nadezhdin mengaku bahwa Rusia sangat sulit dan tidak mungkin untuk mengalahkan Ukraina. Selain karena banyak serangan balasan mendadak dari Ukraina, Rusia masih menggunakan taktik perang kolonial dengan mengandalkan tentara bayaran yang kurang dimobilisasi.

Boris mengatakan alih-alih Rusia melakukan mobilisasi penuh untuk menduduki Ukraina, dia lebih setuju jika dimulai dengan pembicaraan damai.

4. Pasukan Rusia Pulang

Serangan balasan dari Ukraina mengakibatkan banyak pasukan Rusia pulang kampung alias kembali ke negara mereka. Itu diungkapkan seorang pejabat senior Amerika Serikat.

Ukraina mengatakan telah menangkis serangan Rusia dari wilayah Donetsk – kota Bakhmut dan Maiorsk, dekat kota penghasil batu bara Horlivka. Wilayah tersebut merupakan wilayah penting.

Komandan perang yang didukung Kremlin, Alexander Khodakovsky, mengatakan mengapa tentara Rusia tidak mencapai hasil yang diinginkan Putin, bukan karena kurangnya pasukan, tetapi karena kecerobohan atau pasukan digunakan secara ceroboh.

5. Putin akan Bertemu Xi Jinping

Presiden China Xi Jinping akan bertemu Putin karena ada urusan yang sangat mendesak untuk didiskusikan. Xi dikabarkan akan bertemu Putin di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di kota kuno Jalur Sutra Samarkand, Uzbekistan.

Tidak dikabarkan secara detail rencana pertemuan tersebut untuk membahas apa. Namun pertemuan tersebut dinilai akan membuat negara barat ketar-ketir.

Sebelumnya, pada Rabu, 15 Juni 2022 Xi Jinping dan Putin telah melakukan komunikasi melalui telepon. Pada komunikasi tersebut dijelaskan China bersedia mendukung Rusia pada isu-isu penting seperti kedaulatan dan keamanan negara. (red)

Foto: ilustrasi (Pixabay)