Jenis-jenis Hoax Ini Bakal Menimpa 3 Capres di Pemilu 2024
KORANNTB.com – Menjelang Pemilu 2024, banyak sekali konten hoax yang mulai menyerang masing-masing bakal calon presiden (Capres) yang akan bertarung. Konten hoax tersebut menyerang Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Tim Analisis dari Binokular, Oleg Widoyoko dalam Diskusi Cek Fakta Bulanan bertema ‘Mengupas Hoaks Bakal Calon Presiden Pemilu 2024’ menjelaskan isu-isu hoax semakin berulang dan kembali dipabrikasi hingga pemilu 2024.
“Isu-isu ini semakin berulang. Akan ada isu-isu baru yang kembali dipabrikasi sampai pemilu. Akan terus diputar oleh tim pembuat hoax,” katanya melalui Zoom, Rabu 27 September 2023.
Dia menjelaskan, buzzer masing-masing calon sudah menyiapkan bank isu negatif untuk menyerang lawan politik. Itu sudah menjadi agenda setting yang akan digunakan.
“Sudah menyiapkan bank isu negatif yang akan dimainkan terus-terusan untuk melakukan penyerangan. Ini sudah terkonfirmasi akan melakukan agenda setting negatif,” ujarnya.
Untuk Prabowo Subianto berpotensi akan dikaitkan isu hoax dengan tema: arogan, alumni 212, penculik, pelanggaran HAM, dipecat, Orde Baru, tua dan sakit, food estate dan pro Amerika.
Sementara untuk Anies Baswedan berpotensi akan diserang dengan isu radikal, politik identitas, korupsi, gagal di Dikbud, retorik/talk only, pengangguran, JIS dan Formula E, reklamasi dan penipu.
Sedangkan untuk Ganjar Pranowo akan berpotensi diserang seputar isu Rembang dan Wadas, anti aktivis, pro Tiongkok, petugas partai, pro penggusuran, korupsi e-KTP, pencitraan, pornografi dan kemiskinan.
Berbeda dengan pemilu 2019, pada pemilu 2024 para pembuat hoax akan menyasar target atau korbannya lebih ke arah personalisasi berdasarkan lokasi target di masing-masing daerah. Para pembuat hoax akan menyasar target di masing-masing daerah dengan isu berbeda-beda sesuai dengan situasi di daerah tersebut.
“Temuan dalam tiga bulan terakhir ada pergeseran pola disinformasi jika dibandingkan dengan 2019, pada 2024 sepertinya pelaku pembuat hoax sudah mengenal perubahan algoritma dari sosial media, di mana lebih personal dan bisa melakukan micro targeting dari lokasi. Untuk menembak secara tepat potensial audiens yang ada di lokasi tertentu,” ujarnya.
Oleg menjelaskan, para pembuat hoax telah menyesuaikan narasi pada masing-masing target yang ingin dipengaruhi informasi hoax.
“Ketika kita menyasar pemilih muda di Jawa Barat ada narasi yang sudah terpabrikasi secara khusus untuk tipe target,” katanya.
Aktivitas buzzer sudah mulai meningkat sejak awal tahun dan sebanding dengan pertumbuhan konten negatif. Sementara untuk konten yang menyerang penyelenggara pemilu belum ditemukan. Pabrikasi konten hoax saat ini masih berfokus pada personal seperti bakal capres.
“Ketika menjelang Februari (2024) nanti akan semakin tumbuh konten-konten yang mendeligitimasi penyelanggara pemilu. Ini sudah dibaca dari beberapa pemilu sebelumnya,” katanya.
Kemudian para buzzer berpotensi akan memperpanjang siklus informasi isu trending untuk menyerang personal.
“Misalnya siklus informasi bertahan selama tiga minggu, nah di sini buzzer atau pembuat konten mencoba memperpanjang siklus informasi itu lebih panjang, misalnya sampai 2 bulan atau lebih,” katanya.
Untuk pola hoax saat ini masih dengan cara mengambil potongan pembicaraan atau potongan video, mengubah foto agar tampak seperti asli dengan narasi, membuat klaim atas nama pihak lain secara sepihak, mengubah narasi di caption dengan menyertakan unggahan berita dan thumbnail yang tidak sesuai isi konten.
Tidak hanya isu negatif, para buzzer nantinya juga berpotensi akan melakukan positif branding untuk calon yang didukung, meskipun narasi yang disebarkan adalah disinformasi. Tujuannya untuk perubahan persepsi pemilih khususnya milenial dan generasi z yang akrab dengan sosial media.