KORANNTB.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendadak mengeluarkan peringatan dini gempa bermagnitudo 8,0 di NTB. Gempa dengan kekuatan besar tersebut berpotensi terjadi tsunami.

Kepala BNPB Suharyanto mengingatkan NTB diapit dua lempeng bumi yang cukup besar yang menyimpan energi berkekuatan besar.

“Karena gempa bumi dan tsunami secara ilmiah, belum bisa diprediksi terjadi. Untuk itu, kebencanaan adalah urusan bersama, bukan hanya BNPB,” katanya di Mataram, NTB, Sabtu, 27 April 2025.

Dengan adanya potensi gempa besar tersebut, BNPB mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bencana tersebut dan mulai menyiapkan diri belajar mitigasi bencana.

“NTB harus memiliki rencana kontinjensi yang matang, untuk berbagai skenario kebencanaan,” ujarnya.

Pernyataan BNPB bukan barang baru untuk NTB. Jauh sebelum pernyataan tersebut, Lombok dihebohkan dengan pernyataan Ahli Geologi AS, Prof. Rolland A. Harris. Pada 2019 lalu dia datang melakukan penelitian ke Lombok, pasca gempa 2018.

gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi (dok/istimewa)

Rolland dan krunya meneliti sebuah bukit di daerah selatan di mana sebuah pohon tua di atas ketinggian bukit menyimpan pasir purba berusia ratusan tahun. Pasir itu dinilai sebagai catatan sejarah pernah terjadi tsunami besar di Lombok atau yang dikenal dengan nama megathrust.

Rolland menyimpulkan potensi gempa besar di NTB bisa mencapai di atas 9 magnitudo. Itu bisa menyerupai tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 dengan kekuatan 9,3 magnitudo.

Prof. Rolland sebelumnya menyebut potensi gempa di Selatan Lombok atau yang dikenal dengan zona subduksi. Di sana memiliki lempeng raksasa yang dikenal dengan lempeng Indo-Australia.

Tidak hanya itu, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram kala itu adalah Agus Rianto. Dia mengungkapkan bahwa potensi gempa di selatan Lombok bisa mencapai 8 magnitudo.

Itu bukan tanpa alasan, mengingat kepulauan Sunda Kecil ini berada pada ring of fire atau cincin api Pasifik. Deretan gunung api di Indonesia menjadi penyumbang angka bencana alam gempa dan tsunami.

Dua Raksasa

Zona rawan bencana ada pada  tumpukan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di Selatan Lombok. Lempeng tersebut terbentang dari Sumatera hingga Sumba. Kini zona tersebut dalam fase bangkit, namun tidak diketahui pasti kapan akan melepaskan energi gempa.

Agus Rianto kala itu berharap ada gempa-gempa kecil di selatan Lombok, sehingga dapat mengurang akumulasi energi saat gempa besar terjadi. Dengan munculnya gempa-gempa kecil akan mengurangi akumulasi energi yang lebih besar lagi.

Ilustrasi lempeng dasar laut memicu gempa Lombok
Ilustrasi lempeng dasar laut (sumber: istimewa)

Gempa itu adalah siklus yang berulang. Peneliti melakukan pendekatan peristiwa dan sejarah untuk menyimpulkan prediksi mereka. Misalnya, jika gempa besar terjadi dalam siklus 100 tahun, maka di 100 tahun akan datang potensi gempa besar dapat terjadi. Hanya saja tidak ada yang dapat memprediksi secara akurat kapan waktu yang tepat siklus tersebut akan terulang.

Manusia hanya dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin, menghadapi skenario terbutuk gempa besar. Belajar mitigasi bencananya kuncinya. Bukan lantas menyalahi para peneliti dengan mengklaim mereka melepas ketakutan publik, sedangkan masyarakat tidak menyiapkan diri.

Belajar dari sejarah gempa yang mematikan. Jangan hanya berserah nasip tanpa ada upaya belajar dari bencana masalalu.

Jumat 19 Agustus 1977 merupakan catatan nahas gempa bumi Sumba – NTT berkekuatan 8,0 skala richter. Gempa tersebut menewaskan 316 orang. Namun meskipun terjadi di Sumba, wilayah Awang di Lombok dan Lunyuk di Sumbawa terkena dampak. Dua wilayah tersebut disapu tsunami.

Sebanyak 20 orang meninggal di Dusun Awang dan dan dua orang meninggal di Kuta. Tsunami kala itu setinggi 15 meter. Namun jauh lebih besar di Lunyuk Sumbawa. Data korban tewas di Lunyuk sebanyak 198 orang.

Belajar Mitigasi

Langkah awal yang perlu dilakukan saat ini adalah membangun rumah tahan gempa. Pastikan kondisi rumah apakah kuat saat menghadapi gempa dan selalu benahi jika ada kemungkinan bangunan yang rawan ambruk.

Saat gempa terjadi pastikan selalu tetap tenang dan melindungi kepala dan leher. Jika berada di rumah yang tidak memungkinkan untuk keluar, gunakan bantal di atas kepala untuk mewaspadai bangunan ambruk atau cari tempat perlindungan yang kokoh. Berada pada posisi samping (bukan di bawah) furnitur yang berat dan kuat, contohnya meja.

Pastikan menghindari kaca dan jauhi benda yang bergantung. Jika di luar hindari papan reklame, pohon atau tiang listrik.

Setelah gempa, jika gempa tersebut cukup besar terasa segera hindari pesisir pantai. Pastikan pergi sejauhnya namun berhati-hati karena kondisi tersebut rawan rusuh yang mengakibatkan lakalantas.