KORANNTB.com – Seorang profesional penyelamat pendaki Rinjani, Agam sempat bermalam di dekat jenazah Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil yang jatuh di Cemara Nunggal Gunung Rinjani.

Saat itu Agam bersama beberapa penyelamat turun mengevakuasi jenazah. Namun, medan yang terjal dan curam ditambah hari sudah gelap membuat mereka harus menginap secara bergelantungan di tebing yang curam.

Agam saat itu harus bermalam bersama tiga penyelamat lainnya. Jarak dengan jenazah sekitar 3-4 meter. Mereka juga hanya memakan biskuit karena tidak memungkinkan untuk mengonsumsi makanan berat dalam kondisi bergelantungan di tebing.

Namun tidak ada rasa takut dalam kondisi itu, mengingat saat itu kondisi ekstrem dengan ditambah angin malam yang begitu dingin. Mereka harus menanti pagi untuk kembali menaiki tebing agar dapat sampai ke atas.

Kondisi ini sangat berisiko, mengingat tebing tersebut cukup labil dan sering terjadi longsoran batu yang sangat berbahaya jika ada getaran sedikit. Jadi para penyelamat harus ekstra hati-hati.

Agam menceritakan bahwa kondisi kemiringan tebing tersebut tidak seperti terlihat di drone, namun jauh lebih ekstrem dari itu.

“Saya berdiri aja kepleset. Miringnya enggak kayak begitu (di drone),” ujarnya.

Dia mengatakan saat turun ke tebing, batu dari atas ikut berjatuhan. Benar-benar medan yang sulit bahkan untuk profesional seperti dirinya.

“Batu jatuh dari atas. Batu kecil jatuh duluan, baru ikut yang besar,” katanya.

Belum lagi jarak pandang yang terbatas akibat kabut tebal di sekitarnya. Itu menambah tingkat kesulitan.

Dia menceritakan momen paling lega saat mereka sampai di atas. Itu langsung disambut teriakan “merdeka” “merdeka” oleh para penyelamat dan tim yang telah menunggu mereka di atas.